24 Emiten Borong Saham Rp 937 Miliar Tanpa Gelar RUPS

Jum'at, 09 Mei 2025 | 17:19 WIB
24 Emiten Borong Saham Rp 937 Miliar Tanpa Gelar RUPS
Pengunjung melihat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (8/4/2025). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sebanyak 24 perusahaan tercatat tancap gas melakukan pembelian kembali (buyback) saham tanpa perlu menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) hingga 30 April 2025. Aksi korporasi ini telah menelan dana sebesar Rp 937,42 miliar.

Langkah "beli senyap" ini terungkap dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RKDB) April 2025 yang disampaikan oleh Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, di Jakarta pada Jumat (9/5/2025).

Inarno memaparkan bahwa total emiten yang berencana melakukan buyback tanpa RUPS mencapai 32 perusahaan sejak 20 Maret hingga 30 April 2025, dengan alokasi dana fantastis sebesar Rp 16,90 triliun.

"Dari 32 emiten, terdapat 24 emiten yang telah melakukan pelaksanaan buyback dengan nilai realisasi sebesar Rp937,42 miliar atau sebesar 5,55 persen," ungkap Inarno, mengindikasikan bahwa baru sebagian kecil dari amunisi yang disiapkan telah digunakan.

Kebijakan buyback saham tanpa RUPS ini bukan tanpa alasan. OJK melalui BEI mengambil langkah taktis ini berdasarkan Peraturan OJK (POJK) No. 13 Tahun 2023 sebagai langkah antisipatif terhadap potensi tekanan di pasar keuangan akibat dinamika global yang sulit diprediksi.

POJK tersebut memberikan keleluasaan bagi perusahaan terbuka untuk melakukan buyback tanpa persetujuan pemegang saham dalam kondisi pasar yang mengalami fluktuasi signifikan. Status "pasar bergejolak" ini ditetapkan berlaku selama enam bulan sejak 18 Maret 2025.

Selain karpet merah buyback kilat, OJK juga menyiapkan serangkaian jurus lain untuk meredam potensi volatilitas di pasar saham. Kebijakan-kebijakan tersebut meliputi penundaan implementasi pembiayaan transaksi short-selling, penyesuaian batasan trading halt saat terjadi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang signifikan, serta pemberlakuan mekanisme asymmetric auto-rejection saham.

Di tengah turbulensi pasar keuangan global pasca pengumuman tarif dagang Amerika Serikat (AS), pasar saham domestik menunjukkan resiliensi yang patut diacungi jempol. Secara month-to-date (mtd) per 30 April 2025, IHSG berhasil menguat sebesar 3,93 persen ke level 6.766,8. Namun, secara year-to-date (ytd), indeks komposit ini masih mencatatkan pelemahan sebesar 4,42 persen.

Nilai kapitalisasi pasar juga mencatatkan tren serupa, naik 5,20 persen mtd menjadi Rp11.705 triliun, namun masih terkoreksi 5,11 persen ytd.

Baca Juga: IHSG Berakhir Menguat Tipis, Cek Saham-saham Penggeraknya

Yang menarik, di tengah penguatan bulanan, investor non-residen justru mencatatkan net sell yang cukup signifikan, mencapai Rp 20,79 triliun mtd. Bahkan, secara ytd, net sell asing tercatat lebih dalam, mencapai Rp 50,72 triliun. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai strategi investor asing di tengah upaya stabilisasi pasar oleh OJK dan emiten.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI