Suara.com - Kekayaan Djoko Susanto, sang "Raja Ritel" di balik gurita bisnis Alfamart, memang tak pernah surut. Terbaru, taipan yang dulunya merintis karier dari membantu orang tua berjualan kelontong ini kembali menunjukkan nafsu ekspansi yang membara.
Melalui PT Alfa Mitramart Utama (AMRT), induk perusahaan Alfamart, Djoko Susanto menggemparkan bursa dengan aksi borong saham PT Lancar Wiguna Sejahtera, pengelola jaringan minimarket Lawson, senilai Rp 200,45 miliar.
Langkah korporasi yang terungkap dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (14/5/2025) ini bukan sekadar transaksi biasa. Alfamart mengakuisisi 1,48 miliar lembar saham Lawson dengan harga Rp 135 per saham.
Hasilnya, Lawson yang sebelumnya berstatus sebagai cucu perusahaan AMRT, kini naik kelas menjadi anak perusahaan langsung. Sebuah manuver strategis yang semakin memperkokoh cengkeraman Djoko Susanto di kancah ritel Tanah Air.
Dari Pasar Tradisional Merajai Minimarket Modern
Kisah sukses Djoko Susanto memang layak disimak. Lahir dari keluarga sederhana yang berjualan kelontong di pasar tradisional Jakarta, jiwa dagangnya telah terasah sejak belia. Bersama orang tuanya, ia belajar seluk-beluk niaga, sebuah bekal berharga yang kelak mengantarkannya menjadi pemilik imperium ritel raksasa.
Langkah awal Alfamart dimulai pada tahun 1989 dengan pendirian PT Alfa Mitramart Utama yang fokus pada distribusi dan grosir. Namun, gebrakan besar terjadi pada tahun 1999 ketika Alfamart meluncurkan gerai minimarket pertamanya di Karawaci, Tangerang. Mengusung konsep ritel modern yang menyediakan segala kebutuhan pokok dan harian, Alfamart meledak di pasaran. Dari satu gerai di akhir 90-an, kini jaringannya merambah hingga ke negeri tetangga, Filipina.
Kekayaan Menggunung, Ambisi Tak Pernah Padam
Ketajaman bisnis Djoko Susanto tercermin dari pundi-pundi kekayaannya yang terus bertambah. Saat ini, kekayaannya ditaksir mencapai 3,5 miliar dollar AS, setara dengan Rp 57,96 triliun (dengan asumsi kurs Rp16.561 per dollar AS). Bahkan, pada awal Februari lalu, namanya sempat nangkring di posisi 10 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan yang sempat menyentuh angka 4,2 miliar dollar AS atau setara Rp 68 triliun.
Baca Juga: Saham BRIS Tertekan Usai Kabar Sunarso jadi Kandidat Utama Dirut BSI
Lawson dalam Genggaman, Potensi Ekspansi Makin Liar
Sebelumnya, PT Lancar Wiguna Sejahtera yang menaungi Lawson merupakan anak usaha dari PT Midi Utama Indonesia Tbk (MIDI), yang juga terafiliasi dengan AMRT melalui kepemilikan mayoritas saham. Namun, dengan akuisisi langsung oleh Alfamart, integrasi Lawson ke dalam ekosistem bisnis Djoko Susanto menjadi semakin kuat.
Melalui PT Sigmantara Alfindo, Djoko Susanto mengendalikan dua raksasa ritel sekaligus: Alfamart dan Alfamidi. Kini, dengan bergabungnya Lawson secara resmi ke dalam manajemen AMRT, potensi ekspansi jaringan, inovasi produk, dan penetrasi pasar yang lebih dalam semakin terbuka lebar.
Langkah ini diyakini akan semakin memperkuat posisi Djoko Susanto sebagai pemain kunci yang mendominasi industri ritel modern di Indonesia. Aksi borong saham Lawson ini jelas bukan akhir dari kisah, melainkan babak baru dalam permainan besar sang raja ritel.
Informasi saja, Lawson masuk ke pasar Indonesia pada tahun 2011 melalui skema waralaba yang dikelola oleh MIDI. Meski berada dalam ekosistem Alfamart, Lawson menawarkan konsep berbeda, yakni menyajikan makanan dan minuman khas Jepang seperti oden, bento, onigiri, dan teh ocha.
Gerai Lawson juga mengusung konsep dine-in yang lebih nyaman, sehingga cocok bagi konsumen yang ingin menikmati makanan langsung di tempat. Ciri khas gerai Jepang yang efisien, hemat energi, dan berwawasan lingkungan turut diterapkan di Indonesia.