Suara.com - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan telah melakukan impor minyak mentah untuk kebutuhan dalam negeri. Salah satunya, impor minyak mentah dari Rusia.
Direktur Utama PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), Taufik Adityawarman menyebut, impor minyak mentah dari Rusia berdasarkan perusahaan yang terdaftar di perusahaan.
"Termasuk kalau crude Rusia, ada beberapa crude Rusia yang masuk," ujar Taufik di IPA Convention and Exhibition (Convex) ke-49 tahun 2025, di ICE BSD, Tangerang, Rabu (21/5/2025)
Dia menuturkan, KPI akan sesuai aturan dalam pelaksanaan impor minyak mentah itu, termasuk peraturan Office of Foreign Assets Control (OFAC) Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS).
Untuk diketahui, otoritas tersebut yang mengatur sanksi ekonomi dan perdagangan sesuai kebijakan luar negeri AS.
"Kita juga akan ada sesuai dengan peraturan OFAC-nya, yang dari US sanction. Nah, tetap harus ngikutin itu," imbuh dia.
Taufik melanjutkan, impor minyak dari Rusia ini telah berlangsung sejak setahun yang lalu. Dia kembali menegaskan, proses impor minyak ini berdasarkan lelang.
Kendati demikian, dia tidak merinci spesifikasi minyak mentah yang diimpor dari Rusia. Namun, informasi tersebut bisa dilihat dari laman resmi perseroan.

"Langsung ke refinery. Ada punya crude dari Rusia yang sesuai dengan kita, terus terdaftar di kilang, silakan ikut tender. Tapi tetap tendernya berdasarkan kriteria tender yang disepakati," beber dia.
Baca Juga: Pertamina Resmikan PLTS Atap Terbesar untuk Perkuat Komitmen Energi Ramah Lingkungan
Berencana Tingkatkan Impor Migas AS
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir membuka peluang PT Pertamina (Persero) meningkatkan nilai impor minyak mentah dari Amerika Serikat (AS). Apalagi, bilang dia, impor minyak mentah RI dari AS masih minim.
Dia menjelaskan, porsi impor minyak mentah Indonesia dari AS masih tergolong rendah, yakni baru sekitar 4 persen.
Menurutnya, terdapat ruang untuk meningkatkan jumlah tersebut sebagai bagian dari upaya diversifikasi sumber energi sekaligus menyeimbangkan struktur perdagangan energi.
"Kalau crude oil, hari ini kita baru 4 persen, artinya kita bisa shifting kebutuhan crude oil kita dibandingkan misalnya LPG," ujar Erick dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (20/5/2025).
Namun demikian, Erick Thohir menyebut, rencana ini belum final. Akan tetapi, peningkatan porsi impor minyak mentah bisa mencapai 30 persen.
"Ini tentu masih tahap-tahap yang belum putus Bapak Ibu, apakah nanti crude oil ini kita bisa naikkan jumlahnya dari 4 persen misalnya ke 30 persen atau 25 persen. Nah tentu ini balance antara transaksi perdagangan ini yang kita jaga, sampai kita didominasi kebutuhan oleh satu negara ini yang supply chain yang kita harapkan," kata dia.
Sementara itu, untuk komoditas LPG, Erick menyampaikan bahwa ketergantungan Indonesia terhadap impor dari AS sudah sangat tinggi.
Kekinian, sebanyak 57 persen kebutuhan LPG nasional berasal dari AS.
"Lalu juga tentu tadi disampaikan mengenai pengadaan tentu minyak, yaitu seperti LPG, mohon maaf tadi saya koreksi, hari ini kita sudah mencapai 57 persen LPG itu dari Amerika.
Ketua Umum PSSI ini juga menyoroti rencana impr ini perlu menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi nasional dengan ketahanan pasokan.
Ia mengingatkan bahwa dominasi pasokan dari satu negara bisa menimbulkan risiko apabila terjadi gangguan pada rantai pasok global, seperti bencana alam atau masalah logistik.
"Nah apakah kita akan menaikkan terus, ini yang tentu kami lagi memohon pertimbangan, karena jangan sampai juga kalau sampai ketergantungannya terlalu maksimal, kalau tiba-tiba dari pihak Amerika sedang ada kendala, misalnya bencana alam atau supply chain-nya terganggu, takutnya kita nanti tidak ada pengganti," imbuh dia.