Suara.com - Di tengah perkembangan dunia digital yang semakin pesat, layanan pinjaman online (Pinjol) menjadi salah satu solusi keuangan yang banyak diminati masyarakat Indonesia. Salah satu platform pinjol yang cukup dikenal adalah AdaKami, yang dikelola oleh entitas perusahaan bernama PT Pembiayaan Digital Indonesia.
Meskipun telah memperoleh izin operasional dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), sejumlah keluhan dari nasabah terkait metode penagihan dan tindakan dari oknum penagih utang atau debt collector menjadi isu yang ramai diperbincangkan. Tidak hanya itu, persoalan mengenai besarnya bunga yang dibebankan kepada peminjam juga menuai banyak sorotan dari publik.
Dalam ulasan ini, kita akan membahas secara menyeluruh mengenai siapa sebenarnya pemilik AdaKami, latar belakang perusahaan yang menaunginya, serta bagaimana sistem pinjaman yang ditawarkan oleh platform ini.
Siapa Pemilik AdaKami?

Platform pinjaman online AdaKami dijalankan oleh PT Pembiayaan Digital Indonesia, yang berdiri pada tahun 2018. Perusahaan ini diprakarsai oleh seorang tokoh bisnis bernama Bernardino Moningka Vega, atau lebih dikenal dengan sapaan Dino. Lahir pada tahun 1962, Dino kini memegang posisi strategis sebagai Direktur Utama sekaligus CEO perusahaan tersebut.
Riwayat pendidikan Dino cukup mengesankan. Ia meraih gelar Sarjana Teknik Sipil dari University of Southern California pada tahun 1984, kemudian melanjutkan pendidikan pascasarjana dengan meraih gelar MBA dari Providence College, Amerika Serikat. Pengalamannya di dunia korporasi pun terbilang luas.
Sebelum aktif di PT Pembiayaan Digital Indonesia, Dino pernah menduduki berbagai jabatan penting. Di antaranya adalah sebagai komisaris di PT Bahana TCW Investment Management selama periode 2004 hingga 2008. Ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) yang membidangi urusan hubungan internasional, serta menjadi Ketua Bidang Asia dan Pasifik pada tahun 2015.
Tidak berhenti di situ, Dino juga dipercaya menjadi Direktur Utama di PT Pembangkit Energi Mandiri, posisi yang masih dijalaninya hingga sekarang. Selain itu, ia juga terlibat sebagai anggota dewan direksi di PT Era Graha Realty sejak tahun 2019.
Dalam riwayat profesionalnya, Dino sempat menempati posisi Presiden Direktur di PT Humpuss Patragas, serta Direktur Pengembangan Bisnis di PT Humpuss. Ia juga pernah menjadi bagian dari PT Korpindo Konsultansi dan PT HUMPUSS Karbometil Selulosa.
Namun, berdasarkan sejumlah laporan, diketahui bahwa kepemilikan mayoritas AdaKami berada di tangan perusahaan asal Tiongkok bernama FinVolution Group, yang memegang saham sebesar 80%. Perusahaan raksasa ini pertama kali berdiri pada tahun 2007 dan sebelumnya dikenal sebagai PPDAI Group.
Baca Juga: OJK Panggil Rupiah Cepat Usai Viral Ditransfer Dana Pinjol Tanpa Mengajukan
Pada tahun 2018, FinVolution menjadi salah satu dari 15 perusahaan teknologi finansial pertama yang terhubung dengan Baihang Zhengxin, yaitu platform laporan kredit nasional pertama di China. Kemudian, pada tahun 2019, mereka melakukan ekspansi ke Indonesia melalui investasi strategis serta mendapatkan lisensi dari OJK sebagai penyelenggara layanan pembiayaan berbasis teknologi.
Dalam proses transformasinya dari model peer-to-peer (P2P) lending menuju sistem fasilitasi pinjaman, perusahaan ini mengubah nama menjadi FinVolution Group dan mengganti kode sahamnya dari “PPDF” menjadi “FINV”. Hingga tahun 2021, performa operasional mereka mencatatkan rekor tertinggi dan memperluas jangkauan ke berbagai negara seperti Indonesia, Tiongkok, Singapura, dan Filipina.
Mengenal PT Pembiayaan Digital Indonesia dan Layanan Pinjamannya
Sebagai pemilik dan pengelola resmi AdaKami, PT Pembiayaan Digital Indonesia memperoleh izin dari OJK berdasarkan surat keputusan No. KEP-128/D.05/2019. Dengan status ini, perusahaan memiliki wewenang untuk memberikan layanan pinjaman digital secara legal dan diawasi oleh regulator.
Berdasarkan data dari situs resmi mereka, pendapatan yang diperoleh AdaKami mencapai lebih dari Rp1,24 triliun hingga akhir tahun 2022. Namun, tingginya angka pendapatan tersebut tidak lepas dari pengeluaran besar, termasuk biaya operasional dan beban pokok sebesar Rp854,9 miliar. Sementara itu, laba operasional mencapai Rp393,2 miliar, dan laba bersih tahun berjalan per 31 Desember 2022 tercatat sebesar Rp170,3 miliar.
Dari sisi kekayaan perusahaan, total aset AdaKami pada akhir 2022 tercatat mencapai Rp617 miliar, yang terbagi dalam kategori aset lancar dan tidak lancar.