Properti Kembali Bergairah, Pendapatan Real Estat Kuartal Pertama Naik 39 Persen

Iwan Supriyatna Suara.Com
Senin, 02 Juni 2025 | 13:56 WIB
Properti Kembali Bergairah, Pendapatan Real Estat Kuartal Pertama Naik 39 Persen
Pertumbuhan harga tahunan properti melampaui laju inflasi di beberapa kota pada Maret 2025.
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Laporan Rumah123 Flash Report edisi April 2025 mencatat bahwa Tangerang menempati posisi teratas sebagai wilayah dengan tingkat popularitas tertinggi untuk pencarian rumah di Indonesia.

Kota ini menyumbang 15,6% dari total permintaan listing rumah nasional, mengungguli Jakarta Selatan (11,5%) dan Jakarta Barat (9,5%).

Secara bulanan (month-on-month), Tangerang juga mencatatkan kenaikan popularitas tertinggi sebesar 0,5%, diikuti oleh Jakarta Selatan (0,3%) dan Jakarta Utara (0,2%) di kawasan Jabodetabek.

Selain dari sisi permintaan, laporan juga menyoroti pertumbuhan harga tahunan properti yang melampaui laju inflasi di beberapa kota pada Maret 2025.

Enam kota mencatatkan pertumbuhan signifikan, yakni Yogyakarta (8,9%), Denpasar (6,8%), Semarang (2,4%), Medan (2,0%), Tangerang (1,3%), dan Depok (0,9%).

Merespon tren positif ini, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) berkomitmen memperluas portofolio hunian di sejumlah proyek strategis.

Salah satunya adalah di Park Serpong, Tangerang, yang akan menawarkan pilihan hunian untuk berbagai segmen, mulai dari keluarga muda hingga kalangan premium.

CEO Grup Lippo Indonesia, John Riady, menyampaikan bahwa ekspansi juga akan dilakukan di proyek Lippo Cikarang Cosmopolis dan Tanjung Bunga Makassar, sebagai bagian dari komitmen perusahaan untuk hadir di wilayah-wilayah dengan pertumbuhan tinggi di Indonesia.

Pada kuartal pertama 2025, pendapatan sektor real estat LPKR naik 39% menjadi Rp1,74 triliun. Pertumbuhan ini ditopang oleh penyerahan proyek secara tepat waktu serta penjualan kavling tanah.

Baca Juga: Industri Properti Hadapi Tantangan Berat: Peluang Emas Menanti di Tengah "Backlog" Jutaan Unit

Laba kotor tercatat sebesar Rp577 miliar, dengan EBITDA sebesar Rp321 miliar dan margin EBITDA 18%.

Selama Januari–Maret 2025, LPKR berhasil menjual berbagai proyek properti, yang terdiri dari 18 proyek hunian tapak, 1 proyek hunian low-rise, 1 proyek mid-rise, 4 proyek high-rise, serta 8 proyek ruko.

Proyek-proyek yang diluncurkan pada kuartal ini antara lain Park Serpong Tahap 4 dan Blackslate Series di kawasan Tanjung Bunga.

Nilai pra penjualan LPKR pada kuartal pertama tahun ini mencapai Rp1,26 triliun, atau 20% dari target tahunan, dengan hunian tapak sebagai kontributor utama, yakni sebesar 80% dari total pra penjualan.

Industri properti merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki dampak signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembangan suatu negara.

Sektor ini tidak hanya mencakup pembangunan dan penjualan rumah tinggal, tetapi juga perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel, dan berbagai jenis properti komersial lainnya.

Industri ini memiliki keterkaitan erat dengan sektor lain seperti keuangan, konstruksi, dan manufaktur. Saat ini, industri properti dihadapkan pada berbagai peluang dan tantangan.

Pertumbuhan populasi dan urbanisasi yang terus meningkat menjadi faktor pendorong utama permintaan properti, terutama di kota-kota besar.

Selain itu, peningkatan pendapatan masyarakat dan kemudahan akses pembiayaan juga turut berkontribusi pada meningkatnya daya beli properti.

Namun, industri properti juga menghadapi sejumlah tantangan yang perlu diatasi. Salah satunya adalah fluktuasi ekonomi yang dapat mempengaruhi daya beli masyarakat dan investasi properti.

Selain itu, regulasi pemerintah yang kompleks dan perizinan yang berbelit-belit juga dapat menghambat perkembangan industri ini.

Di era digital, teknologi juga memainkan peran penting dalam mengubah lanskap industri properti. Penggunaan platform online dan aplikasi mobile memungkinkan konsumen untuk mencari dan membandingkan properti dengan lebih mudah.

Selain itu, teknologi seperti virtual reality (VR) dan augmented reality (AR) juga mulai digunakan untuk memberikan pengalaman yang lebih interaktif kepada calon pembeli.

Untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang yang ada, pelaku industri properti perlu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi.

Inovasi dalam desain, konstruksi, dan pemasaran properti menjadi kunci untuk memenangkan persaingan. Selain itu, kolaborasi antara pengembang, pemerintah, dan lembaga keuangan juga penting untuk menciptakan ekosistem properti yang sehat dan berkelanjutan.

Dengan strategi yang tepat dan kemampuan untuk beradaptasi, industri properti memiliki potensi besar untuk terus tumbuh dan berkontribusi pada pembangunan ekonomi negara.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI