Kata dia, Konsisiten prakiraan inflasi 2025 dan 2026 tetap terkendali dan mempertahankan stabilitas nilai tukar rupiah. Bank Indonesia juga mencermati penurunan ruang suku bunga," katanya.
Serta, mencermati ruang untuk turut mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dinamika yang terjadi pada perekonomian global dan domestik.
Tidak hanya itu, dia melihat potensi kuat penurunan suku bunga the Fed, Fed Fund Rate, ke depannya. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan kesepakatan penurunan tarif dagang antara Amerika Serikat (AS) dan sejumlah negara partner dagangnya mendorong proyeksi inflasi AS.
"Sehingga hal ini mendorong tetap kuatnya ekspektasi Fed Fund Rate," bebernya.
Dia pun mewaspadai mengenai Fed Fund Rate akan terjadi penurunan. Hal inijuga bisa berdampak pada ekonomi negara berkembang termasuk Indonesia
"Di sekitar bulan September dan Desember itu juga salah satu bersmapak pada pergesaran aliaran modal di aset aman atau energing market tekanan nilai tukar rupiah karena mata uang dollar juga mereda," bebernya
Sejalan dengan hal ini, imbal hasil US Treasury akan bergerak lebih tinggi dari perkiraan awal. Sementara itu, BI juga melihat aliran modal ke aset safe haven mengalami penurunan, seiring dengan perbaikan ekonomi global.
Kondisi ini diikuti oleh peningkatan aliran modal ke emerging market. "Akibatnya indeks terhadap negara maju melemah diikuti pelemahan mata uang negara berkembang," kata Perry.
Baca Juga: Ungkit Ucapan Rachmat Gobel soal Impor Gula, Tom Lembong Makin Curiga: Saya Terheran-heran...
Namun, dia mengungkapka negosiasi tarif masih dinamis dan ini memberikan ketidakpastian yang cukup tinggi.
"Kondisi ini memerlukan kewaspadaan untuk menjaga ketahanan eksternal mengendalikan stabilitas mendorong pertumbuhan dalam negeri," tambahnya.