Investor Beralih ke Bitcoin saat Emas Terkoreksi dan The Fed Tahan Suku Bunga

Iwan Supriyatna Suara.Com
Sabtu, 21 Juni 2025 | 08:15 WIB
Investor Beralih ke Bitcoin saat Emas Terkoreksi dan The Fed Tahan Suku Bunga
Ilustrasi aplikasi transaksi bitcoin di telepon seluler. [Shutterstock]

Suara.com - Di tengah memanasnya konflik geopolitik antara Iran dan Israel serta kebijakan moneter ketat dari Federal Reserve (The Fed), Bitcoin tetap bertahan di level US$104.000.

Sementara itu, harga emas global justru tergelincir 2,5% dari harga US$3.420 pada 13 Juni 2025 turun ke US$3.335 pada 20 Juni 2025, setelah The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga tinggi dan memperlambat laju pemangkasan dalam beberapa tahun ke depan.

Bitcoin (BTC) mencatat harga penutupan di kisaran US$104.000 dalam beberapa hari terakhir, bahkan saat indeks saham global seperti Nasdaq mengalami tekanan dan inflasi kembali menjadi kekhawatiran utama.

Ketegangan meningkat setelah mantan Presiden AS Donald Trump menyatakan mendukung rencana serangan ke fasilitas nuklir Iran, meskipun belum mengeluarkan keputusan final.

Di tengah ketidakpastian tersebut, pelaku pasar cenderung mencari aset alternatif yang mampu bertahan dari tekanan makro.

Namun yang mengejutkan, harga emas yang selama ini dikenal sebagai instrumen lindung nilai justru melemah.

Hal ini terjadi setelah The Fed mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 4,25%–4,50% dan memberi sinyal bahwa penurunan suku bunga akan dilakukan secara bertahap hingga 2027, tergantung perkembangan data ekonomi dan inflasi.

Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan bahwa inflasi masih memiliki potensi meningkat dalam beberapa bulan ke depan, dan ruang pemangkasan suku bunga bisa sangat terbatas.

Sikap ini menekan minat terhadap logam mulia, termasuk emas, yang selama ini menjadi rujukan utama saat risiko global meningkat.

Baca Juga: Trading Volume Pintu Naik 53 Persen, Transaksi Paling Banyak Bitcoin, Pepe dan Solana

Vice President Indodax, Antony Kusuma, menyebut bahwa ketahanan Bitcoin dalam situasi penuh tekanan ini menunjukkan transformasi besar dalam pola pikir investor global terhadap aset digital.

“Ini bukan sekadar soal harga. Ini tentang bagaimana pasar global kini mulai menempatkan Bitcoin sebagai salah satu poros dalam peta strategi aset dunia. Ketika bank sentral semakin bersikap ketat dan geopolitik makin tidak pasti, investor mencari instrumen yang netral secara politik, terbuka, dan tidak bisa dimanipulasi. Bitcoin menjawab semua itu,” ujar Antony, Sabtu (21/6/2025).

Ia menambahkan bahwa tren investasi terhadap Bitcoin kini mulai menunjukkan pendekatan yang lebih matang.

“Kami melihat adanya peningkatan minat dari investor, termasuk sebagian institusi, yang tidak lagi hanya melihat Bitcoin sebagai instrumen spekulatif, tetapi juga sebagai alternatif lindung nilai di tengah ketidakpastian global,” jelasnya.

Antony juga menjelaskan bahwa salah satu kekuatan utama Bitcoin terletak pada ketidakbergantungannya terhadap otoritas pusat dalam pengelolaan pasokan.

“Bitcoin tidak dikendalikan oleh bank sentral dan tidak bisa dicetak ulang seperti mata uang fiat. Jumlahnya terbatas hanya 21 juta koin, dan hal ini diatur langsung oleh protokolnya. Sifat yang terbatas dan desentralisasi ini membuatnya unik dalam lanskap investasi modern,” jelasnya.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI