Danantara, menurut Herry, jangan hanya menjadi "tukang distribusi laba BUMN". Ia menuntut Danantara untuk membuktikan bahwa mereka telah melakukan evaluasi kelayakan secara mendalam sebelum memutuskan untuk menyuntikkan modal ke Garuda. Kritik pedas ini diharapkan menjadi cambuk bagi kedua belah pihak untuk lebih serius dan strategis dalam menuntaskan permasalahan Garuda Indonesia.
Sebelumnya, PT Danantara Asset Management (Persero) atau DAM sebagai bagian dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) akan memberikan dukungan awal kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. berupa pinjaman pemegang saham (shareholder loan) senilai Rp 6,65 triliun.
Suntikan dana itu untuk mendanai kebutuhan maintenance, repair and overhaul (MRO), yang merupakan bagian dari total dukungan pendanaan bernilai sekitar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 16,3 triliun (asumsi kurs Rp 16.328 per dolar AS).
Chief Operating Officer (COO) Danantara Indonesia Dony Oskaria mengatakan, langkah ini merupakan wujud dari pendekatan baru dalam restrukturisasi dan transformasi persero di bawah pengelolaan Danantara Indonesia. Garuda Indonesia bukan sekadar entitas bisnis, tetapi merupakan simbol kedaulatan udara dan kebanggaan nasional.
Dony menjelaskan, penyaluran dana ini adalah bentuk nyata dari mandat transformasi yang kami emban, dengan pendekatan yang profesional, terukur, dan mengedepankan prinsip tata kelola yang baik. "Kami bukan sekadar memberikan pendanaan, namun kami hadir sebagai pemegang saham dengan mandat yang jelas dan pendekatan institusional," ujarnya dalam keterangan tertulis.
Melalui Danantara Asset Management, Dony memastikan proses transformasi berjalan sesuai rencana, dan setiap tahapan akan dievaluasi secara berkala berdasarkan capaian dan akuntabilitas. Hal ini disampaikan usai Danantara Indonesia dan Garuda Indonesia secara resmi mengumumkan langkah akseleratif dalam pengelolaan portofolio strategis guna mendukung transformasi komprehensif maskapai nasional tersebut.