Suara.com - Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) menyampaikan bahwa implementasi skema pembiayaan ekspor melalui Program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) yang diarahkan untuk mendukung pengembangan kawasan Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) di Labuan Bajo, telah memberikan kontribusi positif terhadap perekonomian nasional. Salah satu dampak yang paling nyata adalah adanya peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar Rp 437,3 miliar sebagai hasil dari pelaksanaan program tersebut.
“Dengan adanya PKE di wilayah Labuan Bajo ini mendatangkan PDB sebesar Rp 437,3 miliar,” ucap Pelaksana Tugas Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis LPEI dalam media briefing di Hotel Meruorah pada Kamis (10/7/2025).
Tak hanya memberikan dampak pada PDB, program PKE DPSP di Labuan Bajo juga turut mendorong penciptaan lapangan kerja yang signifikan. Tercatat sebanyak 6.536 orang telah terserap ke dalam dunia kerja sebagai multiplier effect dari berbagai proyek pengembangan kawasan tersebut. Selain itu, terjadi pula peningkatan pendapatan rumah tangga masyarakat sekitar hingga mencapai angka Rp1,48 triliun, yang secara langsung berimplikasi pada perbaikan taraf hidup dan kesejahteraan penduduk lokal.
Lebih jauh, pada tingkat regional, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat yang menjadi lokasi utama pengembangan DPSP, program ini memberikan dampak sosial-ekonomi yang positif. Antara lain, jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan hingga mencapai 17.332 orang. Bersamaan dengan itu, tingkat pengangguran di wilayah tersebut berhasil ditekan dengan adanya penurunan sebesar 663 orang. Tak kalah penting, tingkat kemiskinan di Kabupaten Manggarai Barat juga mengalami penurunan signifikan, menjadi 16,74%.
Maqin menekankan bahwa keberhasilan menurunkan angka kemiskinan tersebut erat kaitannya dengan peningkatan peluang kerja yang tercipta seiring dengan pengembangan kawasan wisata super prioritas.
Ia juga menambahkan bahwa kehadiran proyek-proyek di kawasan ekonomi super prioritas seperti Labuan Bajo turut memicu fenomena crowd tourism, yang kemudian mendorong pertumbuhan bisnis-bisnis pendukung pariwisata seperti restoran, hotel, dan berbagai fasilitas wisata lainnya.
“Jadi dengan adanya proyek di kawasan ekonomi super prioritas ini, maka ini kan meningkatkan crowd tourism sehingga menciptakan lapangan pekerjaan,” urai Maqin.
Selain itu, pengembangan PKE untuk SPSP Labuan Bajo yang salah satunya diwujudkan melalui Hotel Meruorah juga memberikan efek domino terhadap pembangunan fasilitas pariwisata di sekitarnya. Data yang dirilis oleh Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menunjukkan adanya lonjakan jumlah kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo dalam periode 2021–2024, dari semula 179 ribu menjadi 411 ribu orang. Peningkatan jumlah wisatawan tersebut turut mendorong nilai ekspor daerah, yang mencapai Rp 46,1 miliar, termasuk di dalamnya kontribusi dari peningkatan ekspor kain tenun sebagai salah satu warisan budaya khas Nusa Tenggara Timur.
“Dengan adanya proyek ini, kapasitas ekonomi daerah mengalami peningkatan signifikan. Pertumbuhan restoran, hotel premium hingga hotel kelas menengah yang terus bermunculan tidak hanya memperkaya infrastruktur pariwisata, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru bagi masyarakat lokal,” kata Maqin lagi.
Baca Juga: Ratusan Penumpang di Lombok Terdampak Pembatalan Penerbangan Imbas Letusan Gunung
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Indonesia Ferry Properti (IFPRO), Ferry Snyders, juga memaparkan perkembangan positif tingkat hunian wisatawan asing di Hotel Meruorah. Menurutnya, sejak tahun 2022 hingga 2025, terjadi lonjakan signifikan dalam persentase wisatawan asing yang menginap di hotel tersebut.
“Pada 2022, wisatawan asing hanya mencakup 10,4% dari total pengunjung Hotel Meruorah. Angka ini naik menjadi 20,4% di 2023, dan melonjak drastis hingga 57,4% per Juni 2025, yang menunjukkan dominasi wisatawan mancanegara di hotel kami,” jelas Ferry.
Lebih lanjut, Ferry mengungkapkan bahwa untuk periode 2025–2026, IFPRO telah merencanakan beberapa pembangunan fasilitas strategis tambahan di kawasan tersebut. Di antaranya adalah pembangunan tahap kedua area komersial, Hotel Mid-Tier yang menyasar segmen menengah, serta Social Club sebagai pusat interaksi dan hiburan. Dari ketiga proyek tersebut, Social Club direncanakan mulai beroperasi pada akhir tahun 2026, sementara Hotel Mid-Tier dijadwalkan masih dalam tahap konstruksi hingga penghujung 2026.***