Suara.com - PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) mengklaim tengah aktif bernegosiasi dengan raksasa penerbangan Boeing terkait rencana pembelian 50 unit pesawat jet baru. Langkah ini merupakan tindaklanjut dari kesepakatan tarif dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) sebesar 19 persen.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) Wamildan Tsani dalam keterbukaan informasi, Selasa (22/7/2025) sedang intensif berkomunikasi dengan Boeing untuk membahas detail kebutuhan pesawat yang paling sesuai dengan pangsa pasar Garuda.
"Rencana tersebut merupakan salah satu strategi perseroan untuk penyehatan Garuda Indonesia dalam jangka panjang,” kata Wamildan.
Wamildan Tsani menambahkan, pembelian 50 pesawat ini akan menjadi tulang punggung bagi transformasi bisnis Garuda Indonesia dalam lima tahun ke depan. Fokus utamanya adalah penguatan jumlah pesawat dan optimalisasi jaringan penerbangan. Dengan armada yang lebih modern dan jumlah yang memadai, Garuda diharapkan mampu melayani rute-rute yang lebih menguntungkan dan strategis.
Yang menarik, sumber pendanaan untuk pembelian puluhan pesawat ini sejalan dengan rencana penyehatan keuangan yang telah tertuang dalam rancangan restrukturisasi. Alokasi dana ini bahkan telah disetujui oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 30 Juni 2025 lalu. Selain itu, GIAA juga secara paralel tengah menjalin komunikasi dengan sejumlah pihak pemberi dana potensial, menunjukkan keseriusan dalam mengamankan pembiayaan.
Wamildan menjelaskan bahwa penambahan armada pesawat ini bukan sekadar menambah jumlah, melainkan untuk menunjang transformasi bisnis Garuda Indonesia dari aspek jaringan dan ketersediaan alat produksi. Strateginya adalah rasionalisasi jaringan rute yang berdasarkan profitability uplift potential dan strategic network. Artinya, Garuda akan fokus pada rute-rute yang paling menguntungkan dan memiliki potensi pertumbuhan tinggi.
Kemudian, ekspansi unit pesawat akan disesuaikan dengan permintaan pasar dengan tetap menjaga efisiensi atas biaya operasi. Diharapkan hal tersebut bisa mengoptimalkan pendapatan perseroan. Ini adalah pendekatan cerdas untuk memastikan setiap investasi pesawat baru benar-benar memberikan nilai tambah finansial.
"Saat ini perseroan dan Boeing melanjutkan komunikasi secara intensif terkait dengan detail kebutuhan pesawat sesuai dengan pangsa pasar termasuk pengirimannya," ujarnya. Tentunya, hal ini juga mempertimbangkan dari sisi kesiapan Boeing untuk menyediakan tipe pesawat yang dibutuhkan GIAA.
Baca Juga: Menko Airlangga Kumpulkan Para Pengusaha Usai Tarif Trump 19 Persen