Dalam kondisi ekonomi yang bergejolak, investor cenderung "lari" ke emas, sehingga permintaannya naik dan harganya pun ikut terkerek.
Singkatnya, saham menawarkan potensi keuntungan fantastis saat ekonomi stabil, sementara emas bersinar paling terang saat awan kelabu ekonomi menebal.
Volatilitas Pasar vs Biaya Peluang
Setiap keuntungan selalu diiringi risiko. Memahami ini adalah kunci menjadi investor yang bijak.
-Risiko Saham
Risiko terbesarnya adalah volatilitas pasar. Harga saham bisa berfluktuasi secara liar dalam waktu singkat karena sentimen investor, berita ekonomi, atau bahkan rumor.
Di tahun 2025 yang penuh gejolak, risiko ini menjadi semakin nyata. Saham yang hari ini tampak perkasa, besok bisa anjlok karena rilis data ekonomi yang buruk.
-Risiko Emas
Risiko utama emas bukanlah kehilangan seluruh nilainya—karena ia aset fisik yang diakui secara global—melainkan biaya peluang (opportunity cost).
Baca Juga: BI Klaim IHSG Rebound Berkat Negosiasi Tarif Trump dan Optimisme Pelaku Pasar
Saat Anda menyimpan dana di emas yang pergerakannya cenderung lambat, Anda mungkin kehilangan peluang untuk mendapatkan keuntungan lebih besar dari saham-saham yang sedang bangkit dari koreksi.
Selain itu, ada risiko penyimpanan fisik jika Anda tidak menggunakan layanan brankas yang aman.
Tren Harga dan Prediksi Analis untuk 2025
Melihat tren terkini, harga emas menunjukkan grafik yang cenderung menguat sepanjang periode ketidakpastian.
Permintaan dari bank sentral global yang terus melakukan diversifikasi cadangan devisanya menjadi salah satu pendorong utama.
Banyak analis memprediksi bahwa selama ketegangan geopolitik dan kekhawatiran resesi masih ada, emas akan tetap menjadi primadona sebagai aset lindung nilai (safe haven).