Suara.com - Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatat performa cemerlang dengan surplus selama 62 bulan berturut-turut hingga Juni 2025.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan ekspor yang melesat jauh di atas impor, mengukuhkan posisi Indonesia di kancah perdagangan global.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers virtual pada Jumat (1/8/2025), mengungkapkan bahwa total ekspor Juni mencapai USD23,44 miliar, sementara impor hanya USD19,33 miliar. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia membukukan surplus sebesar USD4,10 miliar.
Angka ekspor Juni ini bukan hanya surplus, tapi juga melonjak 11,29 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Di balik angka-angka impresif ini, ada bintang lapangan yang bersinar terang: sektor nonmigas. Pudji menjelaskan bahwa lonjakan ekspor Juni secara tahunan didorong oleh nilai ekspor nonmigas yang naik sebesar 12,61 persen, dengan nilai total USD22,33 miliar.
"Peningkatan nilai ekspor Juni 2025 secara tahunan terutama didorong oleh nilai ekspor nonmigas yaitu untuk komoditas pertama biji logam perak yang naik 3736,49% dengan andil 3,09%. Lemak dan minyak hewani naik 22,05% dengan andil 2,85%, serta logam mulia dan perhiasan permata naik 104,44% dengan andil 2,59%," jelas Pudji, membeberkan komoditas-komoditas yang jadi pahlawan ekspor.
Kenaikan fantastis pada ekspor perak dan permata menunjukkan adanya permintaan global yang kuat terhadap komoditas tersebut, dan Indonesia berhasil memanfaatkan momentum ini dengan optimal. Sementara itu, ekspor migas justru tercatat menurun menjadi USD1,11 miliar.
Tren positif ini tidak hanya terjadi di bulan Juni. BPS mencatat, sepanjang periode Januari hingga Juni 2025, total nilai ekspor mencapai USD135,41 miliar, naik 7,70 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meskipun nilai ekspor migas tercatat turun 11,04 persen menjadi USD7,03 miliar, dominasi ekspor nonmigas berhasil menopang pertumbuhan ekspor secara keseluruhan.
Baca Juga: Tarif Trump 19 Persen Berlaku 7 Agustus, AS Masih Jadi Penyumbang Surplus Terbesar RI