Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan Selasa (5/8) di zona hijau dengan penguatan sebesar 50,54 poin atau naik 0,68 persen ke level 7.515,19. Penguatan IHSG setelah pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat tumbuh 5,12 persen pada kurtal II-2025.
Mengutip data Bursa Efek Indonesia, IHSG sepanjang perdagangan hari ini terus berada di zona hijau. Pada perdagangan pada hari ini, sebanyak 27,90 miliar saham diperdagangkan dengan nilai transaksi sebesar Rp 18,46 triliun, serta frekuensi sebanyak 2,00 juta kali.
Dalam perdagangan di hari ini, sebanyak 298 saham bergerak naik, sedangkan 340 saham mengalami penurunan, dan 318 saham tidak mengalami pergerakan.
![Ilustrasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta. [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/31/24676-ilustrasi-ihsg.jpg)
Adapun, beberapa saham yang menghijau pada waktu itu diantaranya, BAPI, BCAP, CBUT, COIN, DADA, DIGI, FILM, FIILM, FITT, IBOS, KBLV.
Sementara saham-saham yang mengalami penurunan tajam di perdagangan waktu itu diantaranya, ARGO, CBRE, CLAY, DKHH, FIMP, FLMC, IKAN, LMAX.
Philip Sekuritas Indonesia dalam tinjauan perdagangan dalam sehari ini mengemukakan penguatan IHSG ini juga sejalan dengan bursa Asia yang secara umum ditutup menguat menyusul meredanya kekhawatiran pasar terhadap kebijakan tarif dagang Presiden AS Donald Trump.
Di kawasan regional, indeks MSCI Asia-Pasifik di luar Jepang naik 0,6 persen, sementara Nikkei 225 Jepang mencatat kenaikan 0,64 persen setelah sebelumnya mengalami penurunan harian terbesar dalam hampir dua bulan.
Sentimen positif juga ditopang oleh ekspektasi pasar terhadap pemangkasan suku bunga oleh The Federal Reserve (The Fed) pada September mendatang, menyusul data ketenagakerjaan AS (Non-Farm Payrolls) yang lemah. Probabilitas pemangkasan suku bunga kini melonjak menjadi 94 persen, dari sebelumnya 63 persem pada akhir Juli.
Dari sisi makroekonomi, sejumlah data sektor jasa menunjukkan ketahanan ekonomi di Asia-Pasifik. Laporan S&P Global Services PMI menunjukkan peningkatan di Jepang (53,6), Australia (54,1 – tertinggi sejak Maret 2024), dan Tiongkok (Caixin Services PMI: 52,6 – tertinggi sejak Mei 2024).
Baca Juga: Racikan Kabinet Prabowo 'Tokcer' di Kuartal II 2025, BPS Blak-blakan Soal Data Ekonomi
Sementara itu, inflasi Korea Selatan tercatat sebesar 2,1 persen YoY pada Juli, sedikit melambat dari 2,2 persen di bulan sebelumnya, namun tetap sesuai ekspektasi pasar.
Dari dalam negeri, kabar baik datang dari rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal II 2025 yang mencatatkan pertumbuhan 5,12 persen secara tahunan (YoY), tertinggi sejak kuartal II 2023 dan lebih tinggi dibanding capaian 4,87 persen YoY pada kuartal sebelumnya. Pertumbuhan tersebut ditopang oleh peningkatan investasi (PMTB) dan konsumsi rumah tangga.