Suara.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hari ini ditutup lesu. IHSG terpangkas 21,15 poin atau -0,27 persen ke level 7.905,76 pada penutupan bursa, Selasa (26/8/2025).
Namun, di balik kerontokan ini, terjadi sebuah fenomena anomali yang mencuri perhatian dimana nilai transaksi harian di pasar modal menembus rekor fantastis, mencapai Rp45,79 triliun!
Angka ini jauh di atas transaksi harian normal yang biasanya berada di bawah Rp20 triliun. Total transaksi hari ini melibatkan 2,352 juta kali transaksi atas 56,6 miliar saham. Volume dan nilai transaksi yang meledak ini menimbulkan pertanyaan: siapa yang melakukan "pesta pora" di tengah kejatuhan IHSG?
Penurunan IHSG hari ini memang didorong oleh saham-saham dengan kapitalisasi pasar besar (big caps) yang ambruk. Saham-saham seperti BREN (-0,6 persen), BBCA (-2,7 persen), dan AMMN (-5 persen) menjadi penekan utama. Sementara itu, saham-saham lain seperti FILM (-14,9 persen) dan LPKR (-12 persen) masuk dalam jajaran top losers.
Namun, di tengah keruntuhan itu, ada bintang-bintang yang bersinar terang. Saham-saham big caps yang menjadi penahan laju IHSG adalah DCII (+0,5 persen) dan yang paling mencolok adalah DSSA (+13,4 persen) ke level 90.575.
Saham DSSA, yang terafiliasi dengan Grup Sinar Mas, menjadi sorotan utama. Saham ini paling banyak ditransaksikan dari sisi nilai, dengan transaksi di pasar reguler mencapai Rp5,4 triliun dan di pasar negosiasi senilai Rp1,2 triliun. Pergerakan luar biasa ini menunjukkan adanya minat besar dari investor, terutama institusi, yang memborong saham ini.
Fenomena ini mengindikasikan bahwa meskipun investor secara umum terlihat panik dan mendorong IHSG ke zona merah, ada pergerakan dana besar yang masuk ke saham-saham tertentu. Para investor ini tampaknya memanfaatkan momen koreksi untuk mengakumulasi saham-saham potensial.