- Forum bisnis nasional di Jakarta mempertemukan lebih dari seribu pelaku usaha untuk membahas masa depan bisnis Indonesia di era digital.
- Acara ini menyoroti pentingnya adaptasi, kolaborasi, dan inovasi lintas sektor agar bisnis tetap tangguh dan relevan.
- Melalui inisiatif seperti Paper UNFOLD 2025, pelaku usaha diajak menjaga keseimbangan antara nilai tradisional dan kemajuan teknologi.
Suara.com - Di tengah derasnya arus transformasi digital dan disrupsi ekonomi global, pelaku usaha Indonesia dituntut untuk tidak hanya cepat beradaptasi, tetapi juga berkolaborasi lintas sektor. Semangat inilah yang menjadi benang merah dari forum bisnis berskala nasional yang digelar di Jakarta, menghadirkan lebih dari seribu profesional, investor, dan pengusaha dari berbagai industri.
Forum tersebut menjadi ruang diskusi strategis bagi pelaku usaha untuk menavigasi masa depan bisnis Indonesia. Selama satu hari penuh, para peserta diajak membahas isu-isu penting, mulai dari transformasi digital, pendanaan bagi bisnis yang ingin scale up, hingga kepemimpinan perempuan dalam dunia usaha modern.
Mengangkat tema “Rooted in Legacy, Rising with Technology,” forum ini menjadi penanda penting bagi Paper, platform invoicing B2B terdepan di Indonesia, yang memperkenalkan arah baru perusahaan melalui acara bertajuk Paper UNFOLD 2025.
Ajang ini menggabungkan perspektif lintas generasi dan industri, untuk membantu pelaku bisnis tumbuh lebih tangguh tanpa meninggalkan nilai-nilai dasar yang sudah membentuk fondasi mereka.
Menavigasi Bisnis dari Legacy ke Relevansi
Dalam pidatonya, Co-Founder & CEO Paper, Yosia Sugialam, menegaskan bahwa daya tahan bisnis di masa depan tidak ditentukan oleh kecepatan tumbuh, tetapi oleh kemampuan beradaptasi.
“Bisnis yang bertahan bukanlah yang tumbuh paling cepat, melainkan yang paling adaptif terhadap perubahan,” ujarnya.
Forum ini menghadirkan nama-nama besar dari berbagai bidang — mulai dari Cinta Laura Kiehl (entertainer dan sociopreneur), Edward Tirtanata (CEO Kopi Kenangan), Hendra Tanumihardja (Direktur BCA), hingga pimpinan dari Mastercard, Grab, dan Microsoft Indonesia.
Kehadiran mereka memberi pandangan luas tentang bagaimana teknologi, inovasi, dan kolaborasi dapat menjadi motor utama dalam menjaga keberlanjutan bisnis.
Baca Juga: Singgung Kambing dan Macan, Komjen Chryshnanda: Reformasi Polri Harus Dimulai dari Pimpinan!
Transformasi dan Identitas Baru
Momentum ini juga dimanfaatkan oleh Paper untuk memperkenalkan identitas barunya, sebagai simbol dari semangat adaptasi dan ketangkasan menghadapi perubahan zaman.
Menurut Nadya Prasetyo, Head of Brand & Marketing Paper, rebranding bukan sekadar perubahan visual, tetapi refleksi dari DNA perusahaan yang ingin terus relevan dan berdampak nyata bagi pelaku usaha.
“Fokus kami tetap sama — membantu bisnis menjadi lebih efisien, berdaya saing, dan siap ekspansi,” katanya.
Dengan lebih dari 700 ribu pengguna dan total transaksi mencapai USD 3,7 miliar (sekitar Rp57 triliun), Paper kini memperkuat posisinya sebagai tulang punggung digitalisasi bisnis Indonesia.
Inspirasi dari Generasi Pendiri Baru