- 
Danantara seleksi 24 dari 200 perusahaan untuk proyek sampah jadi listrik.
 - 
Perusahaan asing berpengalaman diwajibkan bermitra dengan perusahaan lokal Indonesia.
 - 
Danantara alokasikan dana Rp 750 miliar untuk ekuitas proyek dari Patriot Bond.
 
Suara.com - Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) mengungkapkan, telah ada 200 perusahaan yang berminat menggarap proyek Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) atau Waste-to-Energy.
Namun, pada tahap 1 Danantara akan memilih hanya 24 perusahaan untuk menjalankan proyek prestisius itu. Peusahaan-perusahan itu akan menyediakan teknologi dan investasi sejumlah dana.
Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja mengatakan, mayoritas perusahaan itu berasal dari asing. Hal ini memang disengaja untuk mencari pemain yang sudah pengamalan berkecimpung di proyek sampah jadi listrik ini.
![Managing Director Investment Danantara, Stefanus Ade Hadiwidjaja. [Suara.com/Achmad Fauzi].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/11/04/43853-danantara-stefanus-ade.jpg)
"Dari Jepang, dari China, dari Eropa. Kenapa? Karena memang di batch 1 ini kita mau buat tender-nya cukup cepat. Karena itu kita cari pemain yang memang sudah berpengalaman. Kebetulan, karena memang di Indonesia kan belum ada yang incineration," ujarnya, di Kawasan Wisma Danantara, Jakarta seperti dikutip Selasa (4/11/2025).
Stefanus menyebut, 24 perusahaan itu akan fokus menggarap proyek waste-to-energy di tujuh kota, yaitu Bali, Yogyakarta, Bogor, Tangerang, Kota Semarang, Bekasi, dan Medan.
Akan tetapi, dia menjelaskan, perusahaan asing tidak berdiri sendiri menggarap proyek tersebut, karena akan diwajibkan menggandeng perusahaan lokal.
"Mereka kita akan minta untuk mencari partner lokal juga, untuk membentuk konsorsium," katanya.
Sebelumnya, BPI Danantara berencana mengucurkan 30 persen dana sebagai ekuitas kepada Badan Usaha Pengembang dan Pengelola (BUPP) proyek Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) atau waste-to-energy.
Chief Investment Officer (CIO) BPI Danantara, Pandu Sjahrir, mengungkapkan dalam satu proyek waste-to-energy membutuhkan modal sebesar Rp 2,5 triliun - Rp 3,2 triliun.
Baca Juga: Menkeu Purbaya Sebut Krisis China Tak Mungkin, Singgung Sistem Komunis
Dengan begitu, Danantara akan menyuplai dana sebesar Rp 750 miliar hingga Rp 950 miliar.
"Jadi kita pendanaan equity di proyek-proyek yang ada," imbuh
Ia menjelaskan, kucuran dana untuk proyek energi terbarukan itu bersumber dari uang yang diraih dari penerbitan Patriot Bond. Danantara menghium dana dari Patriot Bond mencapai Rp 50 triliun.
Mantan Bos emiten PT TBS Energi Utama Tbk ini melanjutkan, sisa dari pendanan proyek waste-to-energy 70 persen akan diraih dari pinjaman bank.
Adapun berikut daftar 24 perusahaan asing yang akan menggarap proyek waste-to-energy:
- China Everbright Environment Group Limited (China)
 - PT MCC Technology Indonesia (MCC) (China)
 - China National Environmental Protection Group Co., Ltd (CECEP) (China)
 - GCL Intelligent Energy (Suzhou) Co., Ltd. (China)
 - Chongqing Sanfeng Environment Group Corp., Ltd (China)
 - Dynagreen Environmental Protection Group Co., Ltd (China)
 - SUS Indonesia Holding Limited (China)
 - Hunan Construction Engineering Group Co., Ltd (China)
 - CEVIA Enviro Inc. (China)
 - China Conch Venture Holding Limited (China)
 - China TianYing Inc (China)
 - PT Jinjiang Environment Indonesia (China)
 - Wangneng Environment Co., Ltd (China)
 - Zhejiang Weiming Environment Protection Co., Ltd (China)
 - Beijing China Sciences Runyu Environmental Technology Co.,Ltd. (CSET) (China)
 - Tianjin TEDA Environmental Protection Co., Ltd (China)
 - Grandblue Environment Co., Ltd (China)
 - Beijing GeoEnviron Engineering & Technology, Inc (China)
 - Wuhan Tianyuan Group Co., Ltd (China)
 - QiaoYin City Management Co., Ltd (China)
 - Kanadevia Corporation (Jepang)
 - Mitsubishi Heavy Industries Environmental & Chemical Engineering (Jepang)
 - ITOCHU Corporation (Jepang)
 - Veolia Environmental Services Asia Pte. Ltd (Prancis)