- Pasar aset kripto melemah ditandai penurunan Bitcoin di bawah USD 100.000 akibat faktor makroekonomi eksternal dan ketidakpastian suku bunga.
- Penutupan pemerintah AS mengganggu perilisan data ekonomi penting seperti CPI dan laporan pekerjaan bulan Oktober 2025.
- Fokus pasar kini beralih pada kejelasan regulasi kripto seperti persetujuan ETF dan stablecoin menyusul kembalinya operasional regulator.
Suara.com - Pasar aset kripto kini tengah merana karena kembali melemah. Hal ini terlihat dari aset kripto Bitcoin yang terus merosot di level USD 96.0000.
Meski pemerintah AS telah memulai aktivitasnya kembali, tapi reaksi pasar kripto relatif datar, bahkan Bitcoin masih berada di bawah tekanan.
Di lain sisi, tutupnya pemerintah AS mengganggu pengumpulan data ekonomi penting, termasuk Consumer Price Index (CPI) dan laporan pekerjaan (nonfarm payrolls) untuk bulan Oktober 2025 yang seharusnya dirilis pada bulan November 2025.
Selain itu, dengan kembalinya regulator utama seperti SEC dan CFTC bekerja penuh, perhatian pasar mulai bergeser dari urusan politik ke arah kejelasan regulasi kripto yang lebih terarah, seperti proses persetujuan ETF Kripto dan lanjutan pembahasan regulasi stablecoin.

Kondisi ini bisa menjadi pondasi penting bagi perkembangan industri kripto dalam jangka panjang, meskipun tekanan inflasi masih perlu dicermati.
Vice President Indodax, Antony Kusuma, menilai fluktuasi harga saat ini harus dilihat sebagai konsolidasi pasar menuju fase pematangan.
Kemudian, dia menjelaskan, ketidakpastian kebijakan suku bunga masih menjadi faktor utama yang menentukan arah pergerakan harga Bitcoin.
"Kebijakan suku bunga The Fed memiliki imbas terhadap pergerakan harga Bitcoin. Selain itu, selama arah kebijakan masih belum pasti, volatilitas pasar akan tetap tinggi karena investor cenderung menunggu kejelasan sebelum kembali masuk," ujar Anthony di Jakarta, Senin (17/11/2025).
Ia menuturkan, sinyal pemangkasan suku bunga The Fed di bulan Desember nantinya bisa menjadi titik balik penting, sebab perubahan arah kebijakan moneter berpotensi membuka ruang pemulihan harga di pasar kripto global.
Baca Juga: 3 Altcoin Diprediksi Bakal Meroket Pasca Penguatan Harga Bitcoin US$ 105.000
Antony menyebut, pergerakan harga yang terjadi saat ini merupakan bagian dari dinamika pasar aset digital di era ketidakpastian global.
"Penurunan harga Bitcoin di bawah USD 100.000 dipengaruhi oleh beberapa faktor makro yang bersifat eksternal. Dengan berakhirnya shutdown dan operasional regulator kembali berjalan, pasar memiliki ruang untuk menata ulang arah dalam beberapa minggu ke depan," imbuhnya.
Anthony meminta semua investor tidak panik atas kondisi pasar aset kripto ini. Selain itu, ia menyarankan, investor fokus pada prinsip manajemen risiko.
"Koreksi semacam ini adalah bagian dari mekanisme pasar, dan setiap investor perlu meninjau kembali strategi investasi jangka panjang sesuai profil risiko masing-masing," pungkasnya.