Rupiah Kian Tertekan, Dibuka Melemah ke Rp16.754 per Dolar AS

Selasa, 18 November 2025 | 09:51 WIB
Rupiah Kian Tertekan, Dibuka Melemah ke Rp16.754 per Dolar AS
Ilustrasi nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS. [Suara.com]
Baca 10 detik
  • Rupiah kembali melemah ke level Rp16.754 per dolar AS, turun 0,11%.

  • Sebagian besar mata uang Asia ikut melemah, dengan Won Korea mencatat pelemahan terdalam.

  • Hanya beberapa mata uang Asia yang menguat, seperti Yen Jepang dan Dolar Singapura

Suara.com - Nilai tukar Rupiah dibuka masih lemas pada hari ini. Berdasarkan data Bloomberg, Rupiah di pasar Selasa (18/11/2025) dibuka di level Rp 16.754 per Dolar Amerika Serikat (AS).

Alhasil, Rupiah makin merosot 0,11 persen dibanding penutupan pada Jumat yang berada di level Rp 16.736 per Dolar AS.

Beberapa mata uang Asia lainnya juga bergerak fluktuatif.

Salah satunya, Won Korea mencatat pelemahan terdalam yakni 0,45 persen, disusul Ringgit Malaysia yang melemah 0,45 persen, lalu Rupiah melemah 0,12 persen.

Diikuti Dolar Taiwan melemah 0,10 persen, Peso Filipina 0,06 persen, Baht Thailand melemah 0,04 persen. Disusul Yuan China melemah 0,02 persen dan Dolar Hong Kong melemah 0,01 persen.

Sedangkan mata uang Asia lainnya menguat terhadap Dolar AS sore ini. Yen Jepang dan Dolar Singapura menguat terhadap Dolar AS, dengan penguatan masing-masing 0,01 persen dan 0,008 persen.

Pecahan uang Singapura (Shutterstock).
Pecahan uang Singapura (Shutterstock).

Dalam hal ini, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan Rupiah ini disebabkan oleh dua faktor yakni dari global maupun domestik.

Salah satunya dari global dipengaruhi Investor yang semakin yakin bahwa Federal Reserve kemungkinan besar tidak akan melonggarkan kebijakandalam waktu dekat.

Ini menjadi sebuah pergeseran yang disampaikan oleh beberapa pembuat kebijakan The Fed yang menekankan bahwa inflasi masih tetap tinggi dan kondisipasar tenaga kerja belum melemah secara signifikan.

Baca Juga: Rupiah Melemah, Sentimen Suku Bunga The Fed Jadi Faktor Pemberat

"Sentimen semakin terpukul oleh penghentian data baru-baru ini yang disebabkan oleh penutupan pemerintah AS, yang membuat investor kehilangan indikator makroutama selama berminggu-minggu. Penutupan pemerintahtersebut menunda rilis dari Biro Statistik Tenaga Kerja, termasuk laporan penggajian non-pertanian bulanSeptember, yang kini akan dirilis pada hari Kamis," katanya.

Sedangkan dalam negeri dipengaruhi oleh Bank Indonesia yang memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2026 mencapai 5,33 persen.

Angka ini lebih rendah dari yang telah ditetapkan pemerintah sebesar 5,4 persen.

Proyeksi ini disusun dengan memperhitungkan kebijakan moneter yang akan ditempuh BI untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan yang ditetapkan pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026, dipatok sebesar 5,4 persen. Target pemerintah tersebut masih mungkin tercapai, tergantung pada kecepatan dan efektivitas realisasi belanja pemerintah," tandasnya.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI