Rupiah Melemah, Sentimen Suku Bunga The Fed Jadi Faktor Pemberat

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 17 November 2025 | 21:11 WIB
Rupiah Melemah, Sentimen Suku Bunga The Fed Jadi Faktor Pemberat
Ilustrasi
Baca 10 detik
  • Rupiah mengalami pelemahan signifikan pada penutupan perdagangan sore hari Senin.
  • Pelemahan ini dipicu keyakinan investor bahwa Federal Reserve mempertahankan kebijakan moneter ketat.
  • Ketidakpastian data makroekonomi AS akibat penutupan pemerintah turut menambah tekanan negatif.

Suara.com - Nilai tukar Rupiah menutup perdagangan sore hari Senin dengan hasil yang kurang memuaskan, ditutup melemah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).

\Mata uang Garuda tercatat turun 29 poin atau 0,17 persen, menetap pada level Rp16.707 per Dolar AS.

Pelemahan serupa juga terlihat pada kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, yang juga melemah ke posisi Rp16.734 per Dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.710.

Pengamat Mata Uang dan Komoditas, Ibrahim Assuaibi, menjelaskan bahwa tekanan terhadap Rupiah sebagian besar dipengaruhi oleh keyakinan yang menguat di kalangan investor global bahwa Federal Reserve (The Fed) tidak akan melonggarkan kebijakan moneternya dalam waktu dekat.

"Investor semakin yakin bahwa Federal Reserve kemungkinan besar tidak akan melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat, sebuah pergeseran yang disampaikan oleh beberapa pembuat kebijakan The Fed yang menekankan bahwa inflasi masih tetap tinggi dan kondisi pasar tenaga kerja belum melemah secara signifikan," ucap Ibrahim, dikutip dari Antara.

Sentimen pasar hawkish ini diperkuat oleh sejumlah pidato penting dari pejabat The Fed yang dijadwalkan hari itu, termasuk John Williams, Philip Jefferson, Neel Kashkari, dan Christopher Waller.

Para pedagang mengambil isyarat dari pernyataan para pejabat tersebut untuk memprediksi arah kebijakan suku bunga AS.

Selain faktor moneter, sentimen negatif terhadap Rupiah juga disebabkan oleh penutupan pemerintah AS (government shutdown) yang berlangsung cukup lama.

Situasi fiskal tersebut membuat investor kehilangan indikator makro ekonomi utama selama berminggu-minggu.

Baca Juga: Rupiah Bangkit ke Rp16.716, Namun Ancaman Fiskal dan Geopolitik Bayangi Pasar

Penutupan pemerintah AS itu diketahui menunda publikasi sejumlah data penting dari Biro Statistik Tenaga Kerja, termasuk laporan penggajian non-pertanian (Non-Farm Payrolls/NFP) untuk bulan September, yang kini baru dijadwalkan rilis pada hari Kamis (20/11).

Ketidakpastian data ekonomi AS ini menambah tekanan pada aset berisiko seperti Rupiah.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI