'Sosok' Pemilik Superbank, Ada Investor Kelas Kakap Singapura dan Korea Selatan

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 25 November 2025 | 15:16 WIB
'Sosok' Pemilik Superbank, Ada Investor Kelas Kakap Singapura dan Korea Selatan
Superbank
Baca 10 detik
  • Superbank, yang merupakan transformasi Bank Fama International, dipimpin oleh EMTK didukung aliansi Grab, Singtel, dan KakaoBank.
  • Kepemilikan mayoritas 31,11% dipegang EMTK, sementara Grab dan KakaoBank menyumbang integrasi ekosistem.
  • Bank digital ini mencatat laba bersih Rp20,1 miliar pada semester I 2025, didukung rencana IPO.

Suara.com - Menjelang rencana Penawaran Umum Perdana Saham (IPO), PT Super Bank Indonesia Tbk (Superbank atau SUPA) ditopang oleh fondasi kepemilikan yang merupakan aliansi strategis antara raksasa teknologi dan finansial global.

Saat ini, kepemilikan Superbank dipimpin oleh PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) melalui entitas PT Elang Media Visitama, dan didukung oleh konsorsium kuat yang mencakup Grab, Singtel, serta KakaoBank Corp.

Bank ini memulai sejarahnya sebagai PT Bank Fama International (didirikan 1993). Transformasi besar dimulai ketika EMTK mengakuisisinya pada akhir 2021.

Tak lama setelah itu, raksasa regional seperti Grab dan Singtel bergabung pada awal 2022, diikuti oleh KakaoBank dari Korea Selatan pada 2023.

Perubahan nama resmi menjadi Superbank dan relokasi kantor pusat ke Jakarta pada 2023 menandai kelahiran bank digital ini.

Struktur Kepemilikan Superbank

Struktur kepemilikan Superbank merupakan cerminan kolaborasi unik. PT Elang Media Visitama (di bawah EMTK) menjadi pemegang saham mayoritas dengan persentase 31,11%.

EMTK tidak hanya menyuntikkan modal, tetapi juga memberikan akses luar biasa ke ekosistem media dan digitalnya yang luas di Indonesia, menciptakan keunggulan dalam basis pengguna dan pemasaran.

Pilar kunci lainnya adalah Grab (melalui PT Kudo Teknologi Indonesia), yang memiliki 19,16% saham.

Baca Juga: Profil PT Abadi Lestari Indonesia (RLCO): Saham IPO, Keuangan, dan Prospek Bisnis

Keikutsertaan Grab memungkinkan integrasi langsung layanan bank ke dalam aplikasi Grab, menjangkau jutaan pengguna aktif harian untuk transaksi dan pembukaan rekening.

Konsorsium ini juga diperkuat oleh GXS Bank Pte. Ltd. (12,00%), yang membawa pengalaman kolaborasi dan inovasi dalam teknologi finansial.

Sementara itu, KakaoBank Corp. (9,95%) membawa know-how sebagai bank digital tersukses dari Korea Selatan, khususnya dalam model perbankan yang berfokus pada pengalaman pengguna yang user-friendly.

Terakhir, Singtel Alpha Investments (8,46%) melengkapi kekuatan ini dengan pengalaman dalam layanan digital dan telekomunikasi terdepan.

Kekuatan konsorsium pemilik strategis ini menjadi dorongan utama di balik wacana IPO Superbank.

Meskipun rencana ini masih dikategorikan sebagai rumor pasar oleh perusahaan, langkah-langkah seperti pertemuan dengan investor pada pertengahan Oktober 2025 menunjukkan keseriusan untuk menuju bursa.

Rencana IPO ini didukung oleh turnaround kinerja keuangan yang solid. Pada semester pertama tahun 2025, Superbank berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp20,1 miliar, sebuah peningkatan signifikan dari posisi rugi Rp188 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.

Pertumbuhan kredit bank juga melompat 123% menjadi Rp8,4 triliun, menunjukkan fondasi yang kuat.

Tips Investasi

Bagi calon investor yang tertarik pada Superbank, penting untuk mencermati bahwa keberadaan pemilik-pemilik besar ini adalah indikator potensi.

Namun, kesuksesan investasi bergantung pada banyak faktor. Investor disarankan untuk membaca Prospektus secara saksama ketika dokumen IPO resmi dirilis, untuk memahami risiko bisnis dan rencana penggunaan dana IPO.

Selain itu, mencoba langsung produk Superbank melalui integrasi dengan aplikasi Grab dapat memberikan penilaian langsung terhadap daya tarik dan potensi pasar dari bank digital ini.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI