- Saham PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk. (INET) naik hampir 200% sebulan, menyebabkan BEI melakukan suspensi
- INET, penyedia layanan internet, berencana menerbitkan obligasi Rp1 triliun di awal 2026 untuk akuisisi jaringan fiber optik di Kalimantan Barat.
- Perusahaan akan melaksanakan rights issue senilai Rp3,2 triliun untuk ekspansi FTTH berkecepatan tinggi di Bali, Lombok, dan Jawa.
Suara.com - Pergerakan harga saham emiten teknologi PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk. (INET) menjadi sorotan utama di bursa saham setelah mencatatkan kenaikan fantastis, yakni hampir 200% dalam kurun waktu sebulan terakhir.
Akibat lonjakan signifikan ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengambil langkah untuk membekukan sementara perdagangan saham INET di Pasar Reguler pada Kamis (4/12/2025).
Aksi suspensi ini bertujuan untuk memberikan waktu pendinginan (cooling down) dan melindungi investor dari spekulasi harga yang berlebihan. Lantas, seperti apa profil dan rencana besar di balik perusahaan yang bergerak di bidang layanan internet ini?
PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk. (INET) merupakan perusahaan publik Indonesia yang beroperasi sebagai penyedia layanan internet (ISP) dan jasa telekomunikasi.
Di tengah pesatnya kebutuhan konektivitas digital, INET menawarkan layanan internet, penyewaan jaringan fiber-optik, dan solusi koneksi bagi berbagai segmen pasar, mulai dari rumah tangga hingga korporasi.
Tahun 2025 menjadi titik balik bagi INET, ditandai dengan lonjakan kinerja yang menarik perhatian investor.
Selain itu, INET juga tengah berencana mendanai ekspansi jaringannya. Setelah melaksanakan penambahan modal dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau rights issue, perusahaan langsung membidik penerbitan obligasi.
Direktur Utama Sinergi Inti Andalan Prima, Muhammad Arif, menjelaskan bahwa perusahaan menargetkan raihan dana sebesar Rp1 triliun dari penerbitan obligasi tersebut pada awal tahun 2026.
Dana obligasi ini rencananya akan digunakan untuk mengembangkan diversifikasi jaringan perseroan di Kalimantan Barat.
Baca Juga: Purbaya Ultimatum OJK-BEI Bereskan Saham Gorengan 6 Bulan, Siap Kasih Insentif
Pengembangan di Kalimantan Barat akan dilakukan melalui akuisisi, di mana INET tengah melakukan due diligence untuk mencaplok 60% saham Trans Hybrid Communication (THC)—perusahaan pemilik backbone fiber optik di lokasi-lokasi strategis di Kalimantan Barat.
Akuisisi yang mulus akan memungkinkan INET menggelar layanan Fiber to the Home (FTTH) di area tersebut.
Secara total, dengan dana rights issue senilai Rp3,2 triliun dan rencana obligasi ini, anggaran belanja modal (Capex) INET untuk tahun 2026 diperkirakan akan mencapai sekitar Rp4,2 triliun.
Dana Rights Issue untuk Ekspansi FTTH Berkecepatan Tinggi
Sebelum penerbitan obligasi, INET berencana melaksanakan rights issue jumbo dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 12,8 miliar saham baru dengan harga pelaksanaan Rp250 per saham.
Dana segar hasil rights issue ini akan dialokasikan untuk mempercepat ekspansi jaringan high-speed FTTH dengan teknologi Wi-Fi 7 di berbagai wilayah:
Rp2,8 triliun dikucurkan ke anak usaha PT Garuda Prima Internetindo (GPI), dengan target menggaet dua juta pelanggan baru di Bali dan Lombok.
Rp213,44 miliar dialokasikan ke PT Pusat Fiber Indonesia (PFI) untuk melunasi biaya sewa jaringan kabel bawah laut (IRU) ke PT Jejaring Mitra Persada (JMP).
Rp135 miliar dialokasikan ke PT Internet Anak Bangsa (IAB) untuk modal kerja pembangunan FTTH di Pulau Jawa.
Sisa dana dari rights issue akan digunakan untuk pengembangan layanan, pembelian perangkat, pemasaran, pelatihan, dan biaya operasional lainnya.
Disclaimer: Berita ini bersifat informatif dan tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli atau menjual saham. Selalu pelajari terlebih dulu sebelum berinvestasi.