- Menteri Keuangan memprediksi pertumbuhan ekonomi global 2025-2026 berada di kisaran tiga persen.
- Prediksi ini dipengaruhi oleh kebijakan The Fed yang menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin.
- Aktivitas manufaktur global ekspansif, namun harga komoditas energi, nikel, dan CPO terpantau melemah.
Suara.com - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memprediksi kalau pertumbuhan ekonomi global ada di kisaran 3 persen sepanjang tahun 2025 hingga 2026.
Menkeu Purbaya menyebut kalau itu dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral Amerika Serikat (Federal Reserve System atau The Fed) yang menurunkan suku bunga 25 basis poin atau 0,25 persen.
"The Fed kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, sejalan dengan ekspektasi pasar dan pelonggaran kebijakan moneter AS, yang diproyeksi akan menunjukkan pertumbuhan global di kisaran 3 persen sepanjang tahun 2025-2026," kata Purbaya saat konferensi pers APBN KiTa edisi Desember 2025 di Kantor Kemenkeu, Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Harga komoditas global per Desember 2025
Sementara itu di sektor riil, Purbaya mengatakan kalau aktivitas manufaktur global ada di zona ekspansif, di mana sebagian negara berkembang seperti Indonesia menunjukkan kinerja manufaktur yang solid. Berdasarkan data, Purbaya menyebut Purchasing Managers' Index atau PMI manufaktur global ada di poin 50,5 persen.
Namun harga komoditas global masih bergerak fluktuatif. Purbaya menyatakan kalau sektor komoditas energi, nikel, dan minyak kelapa sawit mentah atau crude palm oil (CPO) melemah.
Berdasarkan data per 17 Desember 2025, harga batu bara mencapai 108,6 Dolar AS per ton. Angka ini turun 13,3 persen secara year to day (YtD) dan turun 21,9 persen secara year on year (YoY).
Kemudian minyak brent 59,68 Dolar AS per ton, turun 20 persen YtD dan turun 14,5 persen YoY.
Sedangkan harga CPO 969,79 Dolar AS per ton, turun 11,8 persen secara YoD, tapi naik 9,4 persen secara YoY.
Baca Juga: Purbaya Umumkan APBN Defisit Rp 560,3 Triliun per November 2025, 2,35% dari PDB
Lalu harga nikel 14.392 Dolar AS per ton, turun 6,1 persen YtD dan turun 10,3 persen secara YoY.
Terakhir harga tembaga sebesar 11.737 Dolar AS per ton. Komoditas ini memiliki kenaikan 33,9 persen YtD dan 6,6 persen.
"Sebaliknya, harga tembaga menguat baik year to day maupun year on year, didorong kekhawatiran gangguan pasokan tarif AS untuk tembaga olahan serta ekspansi pelonggaran kebijakan moneter AS," jelas Purbaya.