Menganggur setahun, Conte kembali ke tanah kelahirannya dan menerima pinangan Inter, keputusan yang diakuinya sebagai sesuatu yang tidak mudah.
Sebab Conte tak semata harus menangani tim yang sudah lama tidak juara tetapi juga memenangi hati para tifosi yang menjadikannya sosok antagonis semasa melatih Juventus maupun kala mengemban ban kapten Si Nyonya Tua.
"Untuk datang ke sini adalah keputusan terberat saya, sebab banyak orang akan bersembunyi dari tantangan ini. Saya ingin menguji diri sendiri, saya menyukai tantangan dan saya selalu bilang saya adalah penggemar nomor satu setiap tim yang saya wakili," katanya.
"Tidak mudah memenangi hati para suporter dan saya paham itu, tetapi saya yakin selalu memberi segalanya untuk tim yang saya latih. Saya terlibat hanya untuk memberikan kemampuan terbaik dan saya puas sebab kami sudah melakukan hal yang luar biasa," ujar Conte melengkapi.
Atmosfer Positif
Musim lalu Conte mampu merejuvenasi Inter ke posisi runner-up Serie A dengan raihan 82 poin, hanya tertinggal satu poin dari Juve, serta mencapai final Liga Europa meskipun akhirnya dikalahkan Sevilla.
Kendati torehan di Eropa musim ini relatif memalukan karena Inter berakhir sebagai juru kunci fase penyisihan Grup B Liga Champions, Conte kini di ambang menyudahi paceklik gelar scudetto 11 tahun Nerazurri.
Inter yang baru saja mengalahkan Crotone 2-0 di Ezio Scida pada Minggu dini hari tadi, akan dipastikan menjuarai Liga Italia bila Atalanta gagal menang melawan Sassuolo pada Minggu malam nanti.
Conte mengakui bahwa ia dan skuadnya tinggal selangkah lagi masuk dalam catatan bersejarah Inter, tetapi ia menilai bahwa tantangannya yang dihadapinya beserta para pemainnya akan tetap berat.
Baca Juga: Klasemen Liga Italia: Milan Kembali ke Posisi Kedua, Inter Tatap Scudetto
Tantangan itu dirasakan sejak ia menerima pekerjaan di Giuseppe Meazza dan Conte merasa akan tetap terjadi di masa depan, kecuali jika atmosfer positif dari dunia luar bisa mengarah ke Inter.