"Secara teknis, mereka memiliki segalanya, mereka adalah pemain-pemain hebat baik secara taktis maupun teknis. Tapi mereka tidak bisa mengatasi intensitas dalam sepak bola papan atas."
Kritik ini menyentak Xavi. Setelah balik mengalahkan Elche dalam pertandingan liga terakhir pekan lalu, penjaga gawang Marc-Andre Ter Stegen menguatkan apa yang sudah dilakukan Xavi seiring dengan masukan Mueller itu, bahwa selepas jeda laga melawan Elche itu Xavi memerintahkan pemain-pemain Barca menaikkan intensitas.
Intensitas ini bisa sangat menentukan dalam laga-laga berikutnya Barcelona yang komposisi jadwalnya terlihat menguntungkan Barcelona.
Sesudah menghadapi Galatasaray dalam leg pertama 16 besar Liga Europa pekan ini, Barcelona akan menjamu Osasuna yang menjadi awal dari 12 pertandingan terakhir mereka dalam kompetisi liga.
Laga kandang melawan Osasuna adalah satu dari tujuh pertandingan terakhir Barca di mana mereka menjadi tuan rumah. Pada lima terakhir lainnya Barca menjadi tim tamu, termasuk saat melawan Real Madrid dalam el Clasico pada 21 Maret.
Jika melihat jadwal itu besar kemungkinan laju positif yang melukiskan revolusi yang tengah dilakukan Xavi, terus berlanjut.
Pun demikian dengan Liga Europa. Bukan meremehkan Galatasaray, tapi kelas klub Turki itu, ditambah revitalisasi Barcelona, telah membuat Barcelona terlalu kuat bagi mereka.
Barcelona sendiri menjadi favorit terkuat menjuarai Liga Europa, kendati tim-tim tangguh seperti Bayer Leverkusen, RB Leipzig, Atalanta, West Ham United, dan duo LaLiga yakni Real Betis dan Sevilla, bisa menjadi batu sandungan untuk La Blaugrana.
Yang jelas, laga-laga terakhir musim ini akan menunjukkan seberapa jauh perubahan yang terjadi di Barcelona di bawah asuhan Xavi Hernandez.
Baca Juga: Minim Menit Bermain, Martin Braithwaite Pertimbangkan Masa Depannya di Barcelona
Namun grafik meningkatnya performa Barcelona, kecil kemungkinan tertahan. Sebaliknya akan cenderung kian menanjak. [Antara]