Akan ironis jika menganggap sepi perjalanan sepanjang ini, apalagi berkaitan dengan otoritas kawasan (UEFA). Bisa-bisa Indonesia disebut "menghina" proses kompetisi di Eropa.
Langkah itu juga bisa membuat FIFA terusik, karena sekalipun Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20, yang punya hajat tetaplah FIFA. Badan sepak bola dunia ini yang berhak menentukan boleh tidaknya sebuah tim bertanding dalam Piala Dunia.
Intinya, semua yang datang ke Piala Dunia U-20 tahun depan itu adalah atas "undangan" FIFA lewat mekanisme kompetisi dalam zona masing-masing. Indonesia hanya "menyediakan tempat" yang tak bisa menentukan siapa yang boleh mengikuti turnamen ini.
Absurd
Jika Indonesia menolak Israel, maka itu sama dengan meminta mundur menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Dan ini tak mungkin terjadi. Opsi yang absurd.
Bukan saja alasannya tidak prinsipil dari kacamata sportivitas dan olahraga, tapi juga bisa menjadi bumerang yang membahayakan sepak bola Indonesia dan dunia olah raga secara keseluruhan.
Sebagian kalangan membandingkan situasi ini dengan keputusan badan-badan olahraga dunia dalam melarang Rusia dan Belarus mengikuti berbagai turnamen olahraga, termasuk sepak bola.
Tetapi menyamakan situasi Israel dan Rusia itu sama artinya meminta dunia mengungkit-ungkit kasus-kasus 'aneksasi' yang dilakukan negara-negara lainnya.
Itu akan menjadi sangat pelik dan melebar ke mana-mana, selain akan membuat alasan-alasan non olah raga menentukan kompetisi olahraga yang seharusnya tak boleh terjadi.
Baca Juga: 3 Pemain Timnas Indonesia yang Nyatakan Dukungan ke Jordi Amat usai Pindah ke JDT
Dalam konteks larangan kepada Rusia dan Belarus, sebenarnya untuk kompetisi perseorangan, atlet-atlet kedua negara diperkenankan tampil dalam status netral, kecuali Wimbledon yang panitia penyelenggaranya tidak di bawah otoritas badan tenis dunia ATP dan WTA.
ATP dan WTA sendiri memvonis penyelenggara Wimbledon sebagai salah, sehingga memutuskan tak ada poin peringkat untuk mereka yang bertanding dalam Wimbledon tahun ini.
Walaupun demikian, kembali ke konteks Piala Dunia U-20, adalah hak setiap orang mengutarakan pendapat, termasuk menolak Israel bertanding di Indonesia. Perbedaan pendapat harus dihormati.
Dalam kaitan ini, mungkin pada akhirnya harus ada jalan tengah untuk semua ini.
Sebagian kalangan sudah menyinggung jalan tengah itu dengan menempatkan Israel dalam grup di tempat "netral" di Bali yang juga salah satu tempat pertandingan Piala Dunia U-20 2023.
Jika opsi ini dipilih, maka babak-babak penting seperti semifinal dan final semestinya digelar pula di Bali, sebagai antisipasi jika Israel masuk semifinal atau final. Semoga tak harus begini, seperti diharapkan Menpora Zainudin Amali yang ingin semua laga di mana pun berlangsung aman.