Penguasaan bola yang timpang, Korea Utara 70,1 persen berbanding Indonesia 29,9 persen menjadi bukti betapa dominannya lawan dalam mengontrol jalannya pertandingan.
Dalam situasi seperti ini, efektivitas menjadi kunci. Setiap peluang yang muncul harus bisa diubah menjadi ancaman nyata, karena kesempatan menyerang sangat terbatas.
Evaluasi dalam hal kreasi peluang dan transisi menyerang perlu menjadi fokus utama jika Indonesia ingin bersaing di Piala Dunia U-17 2025.
Tanpa perbaikan, akan sulit menembus pertahanan tim-tim besar di level dunia.
Modal dari Piala Asia U-17 2025

Meski harus terhenti di perempat final setelah dibantai Korea Utara, Timnas Indonesia U-17 memiliki modal apik dalam menatap Piala Dunia U-17 2025.
Pasalnya, sepanjang fase grup, Garuda Asia asuhan pelatih Nova Arianto tampil trengginas. Mereka melibas seluruh lawannya di Grup C.
Timnas Indonesia U-17 tampil solid di fase grup dengan tiga kemenangan sempurna: menundukkan Korea Selatan 1-0, mengalahkan Yaman 4-1, dan menutup dengan kemenangan 2-0 atas Afghanistan.
Hasil ini memastikan Indonesia sebagai juara Grup C dan satu-satunya wakil ASEAN yang lolos ke Piala Dunia U-17 2025.
Baca Juga: Jejak Emas Timnas Pelajar Indonesia 1984 dan Harapan Baru di Piala Dunia U-17 2025
Meski akhirnya tak melangkah lebih jauh di Piala Asia U-17 2025,
Nova Arianto menekankan pentingnya hasil ini sebagai bahan evaluasi untuk menghadapi tantangan yang lebih berat di Piala Dunia mendatang.
“Mental pemain sudah bagus, tapi dari sisi pengambilan keputusan dan permainan, masih banyak yang harus diperbaiki,” ujar Nova, mantan pemain Persib Bandung.
Ia menambahkan bahwa dalam beberapa bulan ke depan, timnya akan fokus membenahi aspek fisik, mental, hingga keterampilan individu agar tampil lebih siap menghadapi lawan-lawan tangguh di ajang global.
Piala Dunia U-17 2025 yang akan digelar di Qatar pada November mendatang menjadi tantangan besar bagi Garuda Muda.
Persaingan ketat di level dunia menuntut kesiapan fisik, taktik, hingga mental bertanding.