Insiden ini menjadi peringatan bahwa meski stadion telah diperbaiki, mentalitas sebagian suporter masih membutuhkan pembenahan.
Tragedi Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang seharusnya menjadi pelajaran besar bagi semua pihak.
Perubahan fisik tak akan cukup bila tidak diikuti oleh perubahan sikap dan budaya dalam mendukung tim kesayangan.
Dalam konteks Liga 1 Indonesia, keamanan dan kenyamanan bagi tim tamu serta suporter harus menjadi prioritas utama.
Kejadian seperti ini dapat mencoreng citra kompetisi nasional yang tengah berbenah untuk menjadi lebih profesional dan kompetitif di level Asia Tenggara.
Federasi sepak bola dan operator liga pun diharapkan bisa turun tangan dalam menindak lanjuti kasus ini.
Arema FC kini dihadapkan pada dua tantangan besar: memperbaiki performa di lapangan dan mengembalikan kepercayaan publik atas komitmen mereka menjaga keamanan dan etika dalam sepak bola.
Insiden ini bisa menjadi momen refleksi besar bagi klub dan suporternya untuk benar-benar bangkit dari masa lalu yang kelam.
Baca Juga: Bus Persik Diserang Oknum Suporter, Arema FC: Itu di Luar Kendali Kami