![Legenda Ajax berdarah Ambon, Simon Tahamata [Tangkap layar Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/02/07/88771-simon-tahamata.jpg)
Oleh karena itu, PSSI diharapkan dapat menjalankan kebijakan naturalisasi dengan bijaksana, tidak hanya demi prestasi jangka pendek, tetapi juga untuk perkembangan sepak bola Indonesia secara keseluruhan.
“Saya mendukung program naturalisasi dan banyak pemain asing keturunan Maluku juga bersedia untuk pulang kampung membela negaranya,” kata Simon Tahamata.
“Tetapi hendaknya dilakukan dengan bijaksana dan melalui analisa dan pengkajian mendalam, sehingga berdampak besar bagi perkembangan sepakbola Indonesia.” pungkasnya.
Kehadiran Simon Tahamata di tubuh PSSI bukan sekadar simbol, melainkan bagian dari strategi pembinaan jangka panjang yang kini mulai dibenahi dengan pendekatan lebih profesional dan berwawasan global.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menyambut hangat bergabungnya Simon ke dalam struktur organisasi.
"Kami sangat gembira menyambut Simon Tahamata ke dalam keluarga besar PSSI. Keahlian dan pengalamannya akan menjadi aset berharga dalam perjalanan kami menuju panggung dunia," ujar Ketua PSSI Erick Thohir, dikutip dari situs resmi PSSI, Kamis (22/5/2025).
Menempati posisi sebagai Kepala Pemandu Bakat, Simon akan bertanggung jawab untuk menjaring pemain muda potensial baik dari dalam negeri maupun diaspora Indonesia, khususnya yang berada di Belanda.
Dalam tugasnya, Simon akan berkolaborasi dengan sejumlah tokoh penting, seperti Patrick Kluivert, Gerald Vanenburg, dan Nova Arianto, guna memastikan proses regenerasi talenta berjalan dengan baik dan konsisten.
Simon Tahamata sendiri bukan nama asing di dunia sepak bola Eropa. Lahir di Vught, Belanda, pada 26 Mei 1956, ia memiliki darah keturunan Maluku.
Baca Juga: Resmi! Simon Tahamata Kepala Pemandu Bakat Timnas Indonesia
Sebagai pemain, ia pernah membela Timnas Belanda antara tahun 1979 hingga 1986, dengan total 22 penampilan dan mencetak dua gol.
Debutnya di level internasional terjadi saat melawan Argentina dalam laga perayaan ulang tahun FIFA ke-75 di Swiss.
Karier profesional Simon dimulai dari akademi Ajax Amsterdam, klub yang membesarkannya setelah meniti jalan awal di TSV Theole.
Bersama Ajax, ia berhasil mengangkat tiga trofi Liga Belanda dan satu Piala KNVB.
Ia kemudian melanjutkan petualangannya di Belgia bersama Standard Liege dan meraih dua gelar liga serta satu Piala Belgia.
Kariernya juga mencatatkan nama-nama klub seperti Feyenoord, Beerschot, hingga Germinal Ekeren, sebelum akhirnya gantung sepatu pada 1996.