Serangan tersebut terjadi hanya sekitar 25 menit dari Stadion Internasional Khalifa dan Stadion Al-Rayyan—dua venue penting yang digunakan dalam ajang sepak bola internasional, termasuk kualifikasi Piala Dunia 2026.
Operasi militer Iran yang dinamai "Bashayer Al-Fath" diklaim sebagai aksi balasan atas intervensi AS, dan menjadi peringatan serius bagi stabilitas kawasan.
Media Iran melaporkan bahwa jumlah rudal yang diluncurkan setara dengan jumlah bom yang digunakan AS saat menyerang fasilitas nuklir Iran.
Meski Kementerian Pertahanan Qatar menyatakan serangan tersebut berhasil dicegat dan tidak menimbulkan korban jiwa, situasi ini tetap menimbulkan tekanan besar terhadap rencana pelaksanaan Ronde Keempat Kualifikasi di negara tersebut.
Kekhawatiran akan keamanan pun mulai menyebar, bahkan sebelum konflik ini memuncak.
Sebelumnya, Oman, Irak, dan Uni Emirat Arab telah mendesak agar pertandingan ronde keempat tidak digelar di negara peserta, melainkan di lokasi netral.
Namun, AFC tetap menunjuk Qatar dan Arab Saudi sebagai tuan rumah, memicu kritik dan spekulasi soal keberpihakan.
Kondisi ini menciptakan skenario genting bagi Timnas Indonesia. Bila AFC memutuskan membatalkan Qatar sebagai tuan rumah karena alasan keamanan, maka Indonesia akan kehilangan tempat yang telah terbukti memberikan banyak momen positif.
Tak hanya dari sisi teknis dan adaptasi lapangan, tetapi juga dari segi psikologis, karena Qatar sudah menjadi bagian penting dari narasi kebangkitan sepak bola Indonesia.
Baca Juga: Dulu Bantai Timnas Indonesia, Bek Jepang Kota Takai Kini Diincar Tottenham
Lebih dari itu, pembatalan ini juga akan menghapus keuntungan logistik dan aklimatisasi yang sudah dirasakan pemain-pemain Garuda.
Mereka kini telah terbiasa dengan suhu, iklim, dan kondisi stadion di Qatar, sehingga perubahan lokasi akan menuntut adaptasi ulang dalam waktu singkat.
Dengan status sebagai satu-satunya tim non-Timur Tengah di grup, Indonesia sesungguhnya menghadapi tantangan besar.
Maka dari itu, keberadaan Qatar sebagai tuan rumah yang ‘netral’ dari sudut pandang rivalitas kawasan menjadi faktor pendukung yang sangat krusial.
Jika situasi geopolitik tak segera mereda dan AFC akhirnya memindahkan venue, maka Timnas Indonesia bukan hanya kehilangan kenyamanan, tetapi juga peluang untuk melanjutkan momentum kebangkitan di tempat yang selama ini terasa seperti rumah kedua.
Kontributor : Imadudin Robani Adam