Suara.com - Rafael Struick akhirnya resmi bergabung dengan Dewa United setelah kontraknya bersama klub Australia, Brisbane Roar, berakhir pada Juni 2025.
Kepindahan ini menjadi babak baru dalam karier striker Timnas Indonesia yang sebelumnya sempat memperkuat ADO Den Haag di Belanda.
Struick adalah pemain naturalisasi yang sah menjadi WNI pada Mei 2023 dan langsung aktif membela skuad Garuda di berbagai level usia.

Sebagai pemain muda potensial, Struick memiliki pengalaman membela ADO Den Haag U18, U21, hingga tim utama, meski menit bermainnya terbatas.
Kariernya sedikit meningkat saat hijrah ke Brisbane Roar, walau ia hanya mencetak satu gol dari 10 pertandingan di A-League Australia.
Selama di Brisbane, Struick dikabarkan menerima bayaran hingga 200.000 dolar AS per tahun atau sekitar Rp 3,2 miliar.
![Resmi ke Dewa United, Rafael Struick Bakal Rebut Nomor 9 Milik Messi? [Dok Dewa United]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/16/23845-rafael-struick.jpg)
Angka itu jauh lebih tinggi dibanding saat masih di ADO Den Haag, di mana ia digaji sekitar Rp 561 juta per tahun.
Kini, setelah bergabung dengan Dewa United, spekulasi pun merebak soal berapa besar gaji yang diterimanya di klub Liga 1 tersebut.
Meski tidak diumumkan secara resmi, beberapa laporan menyebutkan Struick menerima bayaran sekitar Rp 3,5–4 miliar per musim di Dewa United.
Baca Juga: Gabung Dewa United, Pemain Keturunan Semarang: Saya Ingin Juara!
Nilai tersebut menjadikannya salah satu pemain dengan gaji tertinggi di klub dan sebanding dengan statusnya sebagai pemain timnas aktif.
Dewa United memang sedang membangun tim kuat untuk tampil di kompetisi Asia, dan mendatangkan Struick jadi langkah ambisius mereka.
Kehadirannya menyusul Stefano Lilipaly menambah kekuatan lini serang The Banten Warriors musim depan.
Dengan usia masih 22 tahun dan pengalaman internasional yang cukup mumpuni, Struick dinilai layak menerima kompensasi besar.
Apalagi performa Struick di timnas masih jadi andalan, dengan 23 caps dan satu gol di level senior untuk Indonesia.
Daya tarik Liga 1 yang terus meningkat dan ketersediaan dana klub-klub besar membuat eksodus pemain diaspora makin umum terjadi.