Suara.com - Nama Arnold van der Vin mungkin belum sepopuler para bintang naturalisasi Timnas Indonesia saat ini. Namun, jauh sebelum gelombang naturalisasi era modern menggeliat, sosok Van der Vin sudah lebih dulu menorehkan jejak penting dalam sejarah sepak bola Indonesia dan Eropa.
Pada pertengahan 1955, Van der Vin tercatat sebagai pemain Indonesia pertama yang membela klub Liga Belanda, Fortuna '54, yang kini dikenal sebagai Fortuna Sittard.
Ia bergabung ke klub asal Geleen itu pada awal Mei dan hanya bertahan selama sebulan. Kepergiannya bukan karena performa buruk, melainkan karena masa cuti liburannya di Belanda telah habis.
Meski singkat, kontribusinya di Fortuna sangat berarti. Saat itu, kiper utama Fortuna yang juga bintang Timnas Belanda, Frans de Munck, harus menepi akibat cedera hingga akhir musim.
Fortuna lantas menunjuk Van der Vin sebagai pengganti. Ia langsung menunjukkan kualitasnya dengan menjaga gawang tetap bersih dalam dua pertandingan awal.
Lawan Klub Inggris: Everton
Pada 24 Mei 1955, Van der Vin tak hanya bermain melawan tim-tim Liga Belanda. Ia juga tampil menghadapi Everton, klub asal Inggris yang tengah menjalani tur internasional di Belanda. Keikutsertaannya sempat diragukan lantaran cedera saat laga sebelumnya melawan HFC EDO. Namun, ia pulih tepat waktu dan tetap diturunkan.
"Nol van der Vin dipastikan mempertahankan gawang Fortuna melawan Everton malam ini," tulis surat kabar Limburgsch Dagblad dalam artikel berjudul Van der Vin speelt (24/5/1955).
Laga tersebut berakhir dengan kekalahan tipis Fortuna, 1-2. Meski kebobolan dua gol, Van der Vin tetap menuai pujian. Bahkan, ia ikut terlibat dalam proses gol tunggal Fortuna.
Baca Juga: Pesaing Justin Hubner di Fortuna Sittard, Bek Timnas Indonesia Unggul Dalam Satu Faktor
"Van der Vin menendang bola jauh-jauh, Appel mengoper ke pemain sayap kanan Hofman yang berlari dan mengembalikan bola dengan kekuatan penuh. Appel menyundul bola dengan keras hingga kiper Inggris tak mampu menahannya," lapor Nieuw Haarlemsche Courant dalam artikel FORTUNA verliest met 1-2 van Everton (25/5/1955).
Pelopor Naturalisasi di Timnas Indonesia
Nama Van der Vin bukan hanya dikenal di Belanda. Di Tanah Air, ia dikenang sebagai pemain naturalisasi pertama yang memperkuat Timnas Indonesia. Fakta ini sering kali luput dari perhatian publik yang lebih mengenal program naturalisasi era Cristian Gonzales pasca-Piala AFF 2010.
Padahal, kebijakan naturalisasi sudah pernah dijalankan sejak era awal kemerdekaan Indonesia. Van der Vin adalah salah satu buktinya. Ia lahir di Semarang, meski tidak diketahui secara pasti tanggal dan tahunnya. Karena lahir saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda, status kewarganegaraannya kerap diperdebatkan.
Sebelum menjadi bagian dari skuad Garuda, Van der Vin lebih dulu bermain untuk Excelsior Surabaya, klub Eropa di Indonesia. Setelah tim-tim berbau kolonial dilarang pada 1948, ia hijrah ke Persija Jakarta dan membela klub tersebut hingga 1954. Di sanalah karier internasionalnya berkembang, hingga akhirnya dipanggil membela Timnas Indonesia dalam beberapa pertandingan internasional.
Namun, pada Asian Games 1954, ia tidak ikut serta. Kala itu, pemerintah Indonesia di bawah Presiden Soekarno sedang menjalankan kebijakan anti-Belanda, yang membuat Van der Vin memilih kembali ke Negeri Kincir Angin.
Karier Lintas Negara
Selain membela Fortuna ’54, kabarnya Van der Vin juga sempat berseragam Ajax Amsterdam pada 1955, meski belum ada bukti resmi mengenai penampilannya. Setelah masa singkat di Belanda, ia kembali ke Asia Tenggara dan sempat memperkuat PSMS Medan serta klub asal Malaysia, Penang FA, pada rentang 1956 hingga 1961.
Salah satu laga ikonik bersama Timnas Indonesia terjadi pada 1953 saat menghadapi tim kuat Yugoslavia XI. Dalam laga tersebut, Van der Vin tampil sebagai starter di depan 50 ribu penonton di Lapangan Ikada, dan harus rela gawangnya dibobol dua kali.
Warisan Sepak Bola
Arnold van der Vin barangkali tidak banyak disebut dalam buku sejarah, namun kontribusinya tak bisa diremehkan. Ia menjadi jembatan pertama antara sepak bola Indonesia dan kompetisi Eropa, serta membuka jalan bagi pemain-pemain berdarah Indonesia untuk berkiprah di level internasional.
Lebih dari itu, ia juga menjadi simbol bahwa naturalisasi bukanlah tren baru, melainkan bagian dari sejarah panjang sepak bola Indonesia yang penuh warna dan tantangan.