- Kepergian Bernardo Tavares menyoroti persoalan klasik PSM Makassar, yaitu tunggakan gaji yang berulang
- Masalah finansial PSM bukanlah hal baru, melainkan luka lama yang terus terulang sejak awal 2000-an
- Meski memiliki sejarah panjang dan status sebagai klub tertua di Indonesia, PSM kerap kesulitan menjaga stabilitas finansial
Suara.com - Bernardo Tavares akhirnya memutuskan untuk meninggalkan PSM Makassar.
Pelatih asal Portugal itu secara resmi mengumumkan kepergiannya setelah tiga setengah tahun menukangi tim berjuluk Juku Eja.
Lewat unggahan panjang di akun Instagram pribadinya, Tavares menyampaikan ucapan terima kasih sekaligus rasa sedihnya harus berpisah dengan klub tertua di Indonesia.
Namun, ia menegaskan bahwa keputusan ini tak terhindarkan karena persoalan klasik yang tak kunjung selesai, tunggakan gaji.
“Terima kasih Indonesia. Terima kasih Sulawesi, Makassar. Terima kasih PSM Makassar,"
"Dengan kesedihan yang mendalam, saya mengumumkan kepergian saya dari PSM Makassar, klub tertua di Indonesia dengan hampir 110 tahun sejarah. Alasannya adalah keterlambatan pembayaran gaji, situasi yang saya hadapi selama tiga setengah tahun menjadi pelatih, tetapi sekarang sudah tidak bisa dipertahankan lagi,” tulis Tavares.
![Pelatih PSM Makassar Bernardo Tavares saat konferensi pers menjelang laga melawan Bhayangkara FC di Stadion Sumpah Pemuda, Bandar Lampung, Jumat (15/8/2025). [Lampungpro.co]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/08/15/22016-bernardo-tavares.jpg)
Masalah Finansial PSM Makassar
Masalah finansial PSM Makassar sejatinya bukan cerita baru. Klub ini sudah cukup lama bergelut dengan masalah serupa.
Di awal 2000-an, legenda Indonesia, Rochy Putiray sempat menyatakan pernah tidak dibayar gaji selama 3-4 bulan saat bermain untuk PSM.
Lalu pada 2008, para pemain PSM Makassar minta gaji mereka yang tertunggak selama tiga bulan segera dibayar setelah putaran pertama kompetisi Liga Super 2008 berakhir.
Baca Juga: Gaji Kerap Nunggak, Bernardo Tavares Akhirnya Putuskan Tinggalkan PSM Makassar
Penggawa PSM saat itu, Julio Lopez seperti dikutip dari Antara, mengatakan ia dan empat rekannnya sesama pemain asing mengalami kesulitan biaya hidup yang semakin tinggi, sementara manajemen belum membayar gaji mereka.
Pihak PSM saat itu mengatakan bahwa manajemen belum bisa membayar gaji pemain karena masih akan dibicarakan lebih lanjut, menyusul rencana revisi gaji pemain hingga pemotongan 50 persen.
"Pembayaran gaji pemain, paling cepat dalam minggu ini, setelah ada keputusan dari manajemen tentang rencana revisi gaji 50 persen pada putaran kedua Liga Super 2008-2009, "ujar Asisten manajer bidang Humas, Nurmal Idrus.
Kondisi keuangan PSM kembali jadi sorotan pada 2023. Tim Juku Eja disebut-sebut memiliki utang senilai Rp 5,6 miliar kepada mantan sekertaris Direktur PT Liga Indonesia Baru (LIB) Shesie Erisoya.
Kuasa hukum Shesie Erisoya, Agus Amri mengatakan bahwa perkara utang ini sudah terjadi sejak tahun 2016-2019, jumlah total keseluruhan utang hampir Rp 15 Miliar.
Masih di tahun yang sama, masalah tunggakan gaji kembali jadi sorotan di PSM.
Bahkan saat itu, Komisaris Bosowa Group Erwin Aksa mengaku sudah menyiapkan dana Rp10 miliar untuk membayar tunggakan tersebut.
Erwin Aksa mengaku bahwa uang Rp10 miliar itu berasal dari kantong pribadinya.
Di musim lalu, gaji pemain menunggak bahkan pelatih dan staf belum dibayar selama 5 bulan.
Kala itu, Bernardo Tavares bahkan terang-terangan ke publik bahwa ia tak habis pikir tunggakan gaji bisa kembali terjadi.
"Saya tidak mengerti kenapa hal ini (penunggakan gaji) terjadi. (Padahal) Di tahun 2022 dan 2023 kehilangan banyak pemain-pemain penting," ujar Bernardo Tavares saat itu.
PSM Makassar dikenal sebagai klub legendaris dengan sejarah panjang di sepak bola Indonesia.
Status sebagai klub tertua di tanah air membawa kebanggaan, tetapi juga beban.
Ekspektasi tinggi dari fans kerap berbenturan dengan realita finansial klub yang tak sekuat rival-rival lain di Jawa.