Sempat Dikeluhkan Indro Warkop, Fedi Nuril Ikut Buka Suara Soal Royalti Film

Selasa, 22 April 2025 | 20:43 WIB
Sempat Dikeluhkan Indro Warkop, Fedi Nuril Ikut Buka Suara Soal Royalti Film
Fedi Nuril di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Selasa (22/4/2025). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

Suara.com - Isu royalti bukan cuma ramai diperbincangkan di industri musik Tanah Air. Mereka yang aktif di panggung layar lebar pun menyuarakan hal serupa.

Keluhan sempat datang dari satu-satunya personel Warkop DKI yang tersisa, Indro Warkop, yang mengaku belum pernah menerima royalti dari penayangan ulang film-film lama Warkop DKI.

"Nggak ada. Sampai sekarang pun saya harus bilang, tidak ada satu pun," keluh Indro di salah satu konten kanal YouTube Plus 26.

Padahal, sudah sejak 2002 nama Warkop DKI terdaftar sebagai produk dengan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di dalamnya. Indro sendiri yang kala itu mendaftarkannya ke Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI).

"Kami dari dulu punya HKI. Ketika saya tinggal sendiri, saya hibahkan itu kepada anak-anak," tutur Indro.

Indro sampai bingung sendiri, bagaimana semestinya sistem pembayaran royalti karya film diterapkan.

Bukan ke dirinya saja, anak-anak mendiang Dono dan Kasino pun belum merasakan manfaat penayangan ulang karya-karya lama Warkop DKI.

"Kok kayak gitu ya? Istilahnya, produsernya ke luar negeri beliin gue apa kek. Ini nggak ada sama sekali," kata Indro lagi.

Keluhan serupa sempat diutarakan juga oleh aktor senior Roy Marten, yang mengaku sudah sejak lama memperjuangkan royalti film.

Baca Juga: Fedi Nuril Keturunan Apa? Sampai Ajari Jubir Presiden Cara Tanggapi Teror Kepala Babi

Roy menghendaki, aktor-aktor yang terlibat dalam penggarapan film tertentu berhak mendapat royalti beberapa persen dari honor awal yang disepakati, saat karya mereka diputar ulang.

Namun, keluhan Roy soal royalti film pun tidak didengar. "Saya teriak-teriak dari zaman dulu, tapi saya sendirian," tutur ayah Gading Marten itu.

Kini, Fedi Nuril yang dikenal kritis tentang penerapan berbagai kebijakan pun ikut buka suara tentang kisruh royalti film.

Penting menurut Fedi untuk para pelaku industri film ikut meningkatkan kepedulian mereka tentang masalah pembayaran royalti karya-karya lama layar lebar yang diputar ulang di berbagai media.

"Menurut saya layak. Apalagi, kalau film itu dianggap sukses dan umurnya panjang," kata Fedi Nuril di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Selasa (22/4/2025).

Dalam setiap penggarapan film, produser pasti sudah memperkirakan bakal sesukses apa karya ciptaannya.

Fedi Nuril di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Selasa (22/4/2025). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]
Fedi Nuril di Epicentrum XXI, Kuningan, Jakarta, Selasa (22/4/2025). [Suara.com/Adiyoga Priyambodo]

Fedi menilai, kesepakatan tentang pembayaran royalti kalau sebuah film diputar ulang setelah turun layar perlu dipersiapkan sejak awal oleh seluruh tim produksi dan pemainnya.

"Film itu kolektif ya, dibuat bersama-sama. Kalau tim produksi film itu yakin sukses dan usahanya dirasa perlu dapat imbalan lebih, itu harus diomongin di awal dengan aktornya. Kalau baru diomongin di tengah-tengah, itu tidak adil," jelas Fedi Nuril.

Ke depan, ada baiknya untuk sang pemilik cerita bersama para aktor yang terlibat mengajukan permintaan pembagian royalti ke produser, andai kelak karya mereka diputar ulang di luar bioskop.

"Negosiasi bisnis ini bisa diajukan di awal. Kan cuma ngajuin dulu nggak salah ya. Permintaan royalti ini juga wajar atau dianggap adil kok," tutur Fedi Nuril.

Jangan sampai, kisruh performing rights yang kini membuat hubungan penyanyi dan pencipta lagu merenggang bakal terjadi juga di industri film Tanah Air.

"Kalau berharap dari produser, kalau memang dia menginisiasi itu, ya sangat dermawan. Tapi kalau hanya menunggu juga kurang tepat. Apalagi kalau sudah beberapa tahun, baru dipermasalahkan," kata Fedi Nuril.

Diharapkan pula oleh Fedi Nuril, kesediaan dari para produser untuk mau mendengar keluhan para pemilik ide cerita film dan aktor-aktornya, tentang pembagian royalti dari karya yang diputar ulang.

Lagi-lagi, Fedi Nuril menjadikan kisruh industri musik gara-gara performing rights sebagai acuan untuk dihindari para sineas.

"Semua kembali ke negosiasi bisnis itu tadi," pungkas Fedi Nuril.

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI