
Agar mendapat solusi lebih jitu, Joko Anwar menyarankan Dedi Mulyadi untuk lebih dulu menyaksikan film Pengepungan di Bukit Duri garapannya.
"Kalau sempat, nonton Pengepungan di Bukit Duri ya, Kang. Nuhun," ajak Joko Anwar.
Ya, Joko Anwar memang menjadikan isu di bidang pendidikan sebagai salah satu latar belakang pembuatan film Pengepungan di Bukit Duri.
Joko Anwar punya keresahan tentang rusaknya kualitas pendidikan Indonesia, karena kegagalan pemerintah menghadirkan sekolah yang sesuai visi misi negara untuk mencerdaskan masyarakat.
"Sebenernya, film ini skenarionya tahun 2007 sudah selesai. Cerita Pengepungan di Bukit Duri ini pertama berbicara tentang pendidikan di Indonesia yang gagal menciptakan sekolah sebagai tempat belajar mengajar dan pembentukan karakter," papar Joko Anwar.
Ada pula keresahan Joko Anwar tentang lekatnya masyarakat Indonesia dengan budaya kekerasan dari terciptanya film Pengepungan di Bukit Duri.
"Kedua, film ini membahas kedekatan Indonesia dengan budaya kekerasan, termasuk anak-anak mudanya," terang Joko Anwar.
Terakhir, praktek korupsi di lingkungan pendidikan tentu tak luput juga dari pengamatan Joko Anwar selaku sineas.
"Ketiga, impilkasi dari sistem pendidikan yang gagal ini menimbulkan banyak sekali budaya negatif di Indonesia, ya termasuk korupsi juga," ucap Joko Anwar.
Baca Juga: Dedi Mulyadi Kaget Lihat Asap Hitam Pekat dari Pabrik : Seperti Masa Depan Kita
Sedang Dedi Mulyadi sebelumnya disorot karena sebuah konten saat menanggapi kritik masyarakat menengah ke bawah tentang kebijakannya soal larangan perayaan wisuda dan perpisahan sekolah.
Gadis bernama Aura Cinta yang tampil dalam konten tersebut kabarnya adalah seorang pesinetron, dan sengaja dipersiapkan untuk mendebat Dedi Mulyadi.
Belum ada pernyataan resmi dari Dedi Mulyadi soal isu dirinya sengaja menyiapkan Aura Cinta untuk berdebat di konten.