Fakta-fakta Film Pengepungan di Bukit Duri, Raih Lebih 1 Juta Penonton di Hari ke-12 Penayangan

Yohanes Endra Suara.Com
Selasa, 29 April 2025 | 15:25 WIB
Fakta-fakta Film Pengepungan di Bukit Duri, Raih Lebih 1 Juta Penonton di Hari ke-12 Penayangan
Film Pengepungan di Bukit Duri (Instagram)

Suara.com - Sutradara Joko Anwar kembali hadir dengan karya film terbarunya, Pengepungan di Bukit Duri

Diketahui, film bergenre action thriller yang mengangkat isu sosial di kalangan pelajar ini telah tayang di seluruh bioskop Indonesia sejak 17 April 2025. Penasaran dengan fakta menarik dan sinopsis film ini? Simak ulasannya berikut ini.

Bertabur Bintang

Film Pengepungan di Bukit Duri
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri ini merupakan kolaborasi pertama antara studio Indonesia, Come and See Pictures, dan Amazon MGM Studios dari Hollywood.

Deretan pemain dalam film ini antara lain; Morgan Oey, Omara Esteghlal, Hana Pitrashata Malasan, Endy Arfian, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, Kiki Narendra, Lia Lukman, Emir Mahira, Bima Azriel, Natalius Chendana, dan Landung Simatupang.

Latar Tahun 2027

Film Pengepungan di Bukit Duri
Film Pengepungan di Bukit Duri

Sutaradara Joko Anwar menggunakan latar waktu 2027 agar penonton merasa lebih dekat secara emosional dan waktu.

Joko Anwar merasa kalau penggunaan latar tahun 2045 akan membuat penonton tidak terhubung karena merasa masih jauh.

"Saya memilih itu karena bicara kejadian ke depan, tapi kalau latarnya tahun 2045 kan masih terlalu jauh, belum tentu semua orang merasakan," ujar Joko Anwar.

"Sedangkan latar tahun 2027 itu tidak terlalu jauh dari perilisan film, sehingga orang akan berpikir, 'Wah, sebentar lagi tahunnya'," kata Joko Anwar sembari tersenyum.

Tanpa Stuntman

Film Pengepungan di Bukit Duri
Film Pengepungan di Bukit Duri

Hampir seluruh adegan aksi dalam film Pengepungan di Bukit Duri dilakukan oleh para pemain asli, tanpa bantuan pemeran pengganti atau stuntman.

Baca Juga: Pendidikan Mentereng Joko Anwar, Berani Sentil Isu Ijazah Palsu Jokowi

Joko Anwar mengungkap hanya beberapa adegan berisiko tinggi yang menggunakan stuntman untuk menghindari cedera. "95 persen adegan action dilakukan sendiri oleh para pemeran," ujar Joko Anwar.

Ajak Warga Negara Berbenah

Film Pengepungan di Bukit Duri
Film Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri ini menggambarkan realitas sosial yang semakin memprihatinkan, penuh dengan kebencian rasial dan diskriminasi  yang sesuai dengan apa yang sedang dialami masyarakat Indonesia saat ini.

"Ini mengangkat social backgroud, karena kita akan terdampak kalo misalnya ada masalah di negara kita. Dengan negara yang Alpha akan mengakibatkan konflik horizontal. Kita sebagai warga negara harus berbenah," ujar Joko Anwar.

Raih Lebih dari 1 Juta Penonton

Film Pengepungan di Bukit Duri
Film Pengepungan di Bukit Duri

Pengepungan di Bukit Duri menjadi film Indonesia ke-8 rilisan 2025 yang sukses meraih lebih dari 1 juta penonton, yakni 1.218.196 penonton di hari ke-12 tayang.

Telah tayang sejak 17 April 2025, performa film Pengepungan di Bukit Duri pada hari pertama penayangan memang tak memalukan. Film ini sukses mendulang atensi lebih dari 70 ribu penonton.

Diketahui, Joko Anwar menyebut Pengepungan di Bukit Duri upaya menggeser pagar. Pertama, dari sisi film sebagai hiburan. Saya coba menggeser pagar. "Selama ini selalu berpikir bikin film, bisa diterima penonton enggak, ya? Bisa balik modal, enggak? Akhirnya kami putuskan, kreator harus aktif memperluas wilayah dalam berkarya," terang Joko Anwar.

Sinopsis Pengepungan di Bukit Duri

Film Pengepungan di Bukit Duri
Film Pengepungan di Bukit Duri

Mengambil latar belakang tahun 2027, film Pengepungan di Bukit Duri mengisahkan  Indonesia dalam keadaan sosial yang kacau. Hal ini akibat diskriminasi dan kebencian rasial.

Kisah dalam film ini berfokus pada seorang guru pengganti bernama Edwin (Morgan Oey) yang ditugaskan untuk mengajar di SMA Duri. Mulanya, Edwin hanyalah ingin mengajar serta mencari keponakannya yang hilang.

Akan tetapi, tak lama setelah itu, Edwin malah terjebak dalam situasi yang mengancam nyawanya. SMA Duri tempat Edwin mengajar ternyata merupakan sekolah buangan tempat anak-anak bermasalah.

Selain itu dia juga harus berhadapan dengan siswa-siswa yang agresif serta terlibat dalam kekerasan. Ketegangan di sekolah itu lantas berubah menjadi kekerasan yang tidak terkontrol.

Situasi pun menjadi semakin rumit saat Edwin dan keponakannya terjebak di sekolah ketika kota dilanda kerusuhan sosial. Edwin pun berusaha bertahan hidup di tengah kekacauan yang melanda sekolah dan kota dengan bantuan seorang guru bernama Diana (Hana Pitrashata Malasan). Lantas, mampukah Edwin melewati semuanya?

Kontributor : Anistya Yustika

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI