Namun, hal tersebut lebih kepada anjuran untuk meraih keberkahan, bukan sebagai syarat sah atau tidaknya pernikahan.
Adapun larangan menikahkan dua anak dalam satu tahun lebih banyak didasarkan pada pertimbangan praktis dan sosial, bukan agama.
Misalnya, beban ekonomi yang cukup besar karena harus menggelar dua acara besar dalam waktu yang berdekatan.
Bagi sebagian keluarga, hal ini bisa menimbulkan tekanan finansial dan logistik, sehingga muncul kebiasaan untuk memberi jeda waktu antara satu pernikahan dengan yang lainnya.
Sosiolog budaya, dalam beberapa kesempatan, menyebut bahwa kepercayaan seperti ini bisa dilihat sebagai bentuk kearifan lokal yang lahir dari konteks sosial masyarakat terdahulu.
Namun, dalam praktik modern, keputusan tetap berada di tangan keluarga masing-masing, sesuai dengan kesiapan dan kemampuan mereka.
Kembali pada Alyssa dan Alexandra Daguise, keputusan untuk menggelar pernikahan di tahun yang sama tampaknya lebih dilandasi pada kesiapan pribadi masing-masing.
Tidak ada tanda-tanda bahwa keluarga mereka mempermasalahkan hal ini, dan publik pun sebaiknya menghargai keputusan tersebut sebagai bagian dari kebebasan individu.

Selama tidak melanggar aturan agama dan hukum negara, keputusan untuk menikah, baik dalam waktu yang berdekatan maupun bersamaan, tetap sah dan layak untuk dirayakan.
Baca Juga: Maia Estianty Tak Banyak Mengatur soal Pernikahan Al Ghazali: Sponsor Tapi Enggak Ngerecokin
Sementara itu, pernikahan Alyssa Daguise dan Al Ghazali dikabarkan bakal digelar pada Juni 2025.
Hal ini sempat diungkapkan oleh Maia Estianty, melalui unggahan di Instagram pribadinya pada awal tahun.
Kontributor : Chusnul Chotimah