Suara.com - Tersangka kasus kecelakaan maut mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM), Christiano Pengarapenta Pengidahen Tarigan akhirnya ditahan oleh pihak berwajib.
Christiano adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM program International Undergraduate Program (IUP) angkatan 2022.
Dia diduga menjadi penyebab kecelakaan yang menewaskan Argo Ericko Achfandi, mahasiswa FEB UGM lainnya.
Kecelakaan terjadi saat Argo hendak memutar balik di simpang tiga Dusun Sedan, Sleman.
Mobil BMW yang dikemudikan Christiano dengan kecepatan tinggi datang dari arah belakang dan menabrak motor yang dikendarai korban.
![Christiano Pengarapenta Tarigan [Linkedin]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/05/25/42937-christiano-pengarapenta-tarigan.jpg)
Pemuda yang masih berusia 21 tahun itu resmi ditetapkan sebagai tersangka pada Selasa, 27 Mei 2025.
Penampilan perdananya dalam balutan baju tahanan berwarna oranye memunculkan beragam reaksi dari netizen.
Tersangka dihadirkan dalam konferensi pers yang digelar di Mapolresta Sleman pada Rabu, 28 Mei 2025.
Netizen mempermasalahkan masker yang dikenakan oleh Christiano selama konferensi pers berlangsung.
Baca Juga: Pengemudi BMW, Christiano Tarigan Resmi Ditahan di Mapolresta Sleman
Dalam sesi konferensi pers, Christiano dibawa masuk oleh dua anggota kepolisian.
Dia mengenakan baju tahanan oranye, celana panjang gelap, serta masker medis berwarna putih.
Kedua tangannya diborgol, namun kalung perak masih tampak melingkar di lehernya, hal yang kemudian menambah daftar kritik publik.
Meski penampilan seperti ini lazim dalam proses hukum, kehadiran masker di wajah Christiano justru menuai berbagai komentar dari netizen.
Banyak yang mempertanyakan alasan di balik keputusan polisi untuk menutupi wajah tersangka.
"Beda ya kalau anak orang kaya, boleh pakai masker?" tulis salah satu komentar netizen di media sosial.
"Sudah tahu kan kenapa polisi nggak mau buka maskernya? Soalnya sebentar lagi juga keluar, biar mukanya nggak tersebar dan tersangka masih punya masa depan," sindir netizen lainnya.
Spekulasi dan kekhawatiran publik kian meningkat, terutama setelah latar belakang keluarga Christiano terungkap.
Ayahnya, Setia Budi Tarigan, merupakan Direktur Operasional PT Federal International Finance (FIFGROUP), anak usaha dari PT Astra International Tbk.
Status sosial ini dianggap sejumlah netizen sebagai potensi intervensi dalam proses hukum.
"Karena viral saja jadi pakai baju oranye, nanti juga bebas. Orang tuanya lagi nego dulu sebentar," tulis akun lain yang menyuarakan kecurigaan.
Pihak kepolisian sendiri menyatakan bahwa proses hukum terhadap Christiano Tarigan masih berjalan.
Sebelumnya, tersangka memang belum ditahan langsung setelah ditetapkan karena proses pemanggilan dan pemeriksaan masih berlangsung.
Kombes Pol. Ihsan, Kabid Humas Polda DIY, menjelaskan bahwa penyidik akan mempertimbangkan penahanan usai pemeriksaan lengkap terhadap tersangka dilakukan.
Namun, kekhawatiran netizen tetap tak surut. Banyak yang menganggap penanganan kasus ini harus dilakukan secara transparan.
Apalagi, kasus ini melibatkan kematian seorang mahasiswa muda dan pelakunya berasal dari keluarga berpengaruh.
Banyak pengguna media sosial juga menyerukan agar kasus ini tetap dikawal ketat oleh masyarakat sipil.
"Tetap kawal terus, takutnya nanti cuma difoto saja pakai baju oranye itu. Biar Polri tahu kekuatan netizen," tulis netizen.
Christiano sendiri dalam keterangannya kepada penyidik mengaku kurang konsentrasi saat mengemudi.
Dia mengklaim kelelahan usai melakukan serangkaian aktivitas, termasuk bermain biliar.
Pernyataan ini pun tak luput dari kritik publik, yang menilai alasan tersebut sebagai bentuk kelalaian yang tidak bisa dianggap ringan.
Kini, publik menanti bagaimana aparat penegak hukum menindaklanjuti kasus ini.
Tuntutan agar proses hukum berjalan adil dan transparan terus digaungkan, terutama untuk menunjukkan bahwa hukum berlaku tanpa pandang bulu, terlepas dari latar belakang sosial ekonomi pelaku.
Kontributor : Chusnul Chotimah