Suara.com - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi seakan tak bisa lepas dari sorotan publik.
Setelah rangkaian kebijakan yang menimbulkan pro kontra, Dedi Mulyadi kembali jadi buah bibir buntut aksinya membonceng Patwal di kawasan Sentul, Jawa Barat pada 11 Juni 2025 kemarin.
Lagi-lagi, tindakan Dedi Mulyadi memunculkan dua kubu berbeda pendapat.
Satu kubu menilai apa yang Dedi Mulyadi lakukan pantas ditiru pejabat lain karena tidak mengedepankan gengsi saat bertugas.
Sedang kubu lain menganggap pencitraan yang Dedi Mulyadi lakukan kali ini berpotensi memberikan contoh buruk bagi pengguna jalan.
Dedi Mulyadi sendiri sudah mengakui kesalahan karena mengabaikan prosedur keselamatan, dengan membonceng Patwal tanpa memakai helm.
"Siap salah dan siap ditilang," kata Dedi di Instagram pribadinya.
Namun sebagai pejabat publik, permintaan maaf tentu tidak membuat Dedi Mulyadi lolos dari kritik begitu saja.
Di media sosial X, salah satu warganet sampai membuat tulisan panjang lebar untuk mengingatkan Dedi Mulyadi agar tidak mengulang perbuatannya.
Baca Juga: Charly Van Houten Dapat Job Dari Dedi Mulyadi, Komentar Sule Langsung Jadi Sorotan
Oleh akun Jongos Oligarki, Dedi Mulyadi disebut bukan kali pertama mengabaikan prosedur keselamatan saat berkendara dengan sepeda motor.
Akun tersebut mengunggah bukti dari salah satu konten Dedi Mulyadi di YouTube, kala dirinya mengantar seorang petani.
"Kesalahan yang sama dilakukan anda bukan satu kali, tapi sering," kata si pengelola akun dalam unggahannya, Jumat, 13 Juni 2025.
Manajemen waktu Dedi Mulyadi pun tidak luput dari sasaran teguran.
Mengingat dari penjelasannya, Dedi Mulyadi berinisiatif membonceng Patwal karena ingin sampai di lokasi peresmian Kampus Bhinneka Tunggal Ika, Universitas Pertahanan RI lebih dulu dari Presiden Prabowo Subianto.
Sebagai seorang Gubernur, Dedi Mulyadi dituntut untuk lebih mengenal wilayah yang ia pimpin, termasuk titik mana saja yang sering terjadi kemacetan lalu lintas.
"Dengan alasan sebagai tuan rumah, harusnya di sana sudah tahu bahwa kemacetan akan terjadi. Kenapa tidak berangkat dari 3 atau 4 jam lebih awal?" tanya si pengelola akun.
Kalau memang sadar akan menghadiri sebuah acara penting, Dedi Mulyadi mestinya juga menyiapkan rencana cadangan agar bisa sampai di lokasi tepat waktu.
"Kenapa tidak menginap di hotel atau sewa rumah yang dekat dengan kampus, jika event itu sangat penting buat anda?," tanya si pengelola akun lagi.
Dedi Mulyadi, yang selama ini menempatkan diri sebagai pemimpin pelayan masyarakat, harusnya paham betul tentang bagaimana cara menempatkan diri di situasi seperti itu.
"Pernah kah terpikirkan, jika orang lain juga ingin sampai tempat tujuan tepat waktu? Pemimpin sepenting rakyatnya. Gunakan common sense itu, meskipun memang jarang ditemukan dalam jiwa pemimpin akhir-akhir ini," jelas si pengelola akun.
![Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/13/89399-gubernur-jawa-barat-dedi-mulyadi.jpg)
Kesalahan Dedi Mulyadi memang bukan sesuatu yang tidak bisa dimaafkan.
Akun yang sama pun mengapresiasi sikap Dedi Mulyadi, yang langsung mengakui kesalahan dan berharap mendapat sanksi tilang juga dari apa yang ia perbuat.
"Permintaan maaf adalah sifat ksatria," kata si pengelola akun.
Namun, kebesaran hati untuk menerima kritik juga diperlukan seorang pemimpin kalau ingin dicintai rakyatnya.
"Tolong selalu ingat ini. Tugas utama seorang pemimpin adalah memberi contoh. Aturan untuk rakyat, berlaku juga untuk pemimpin. Jangan gaya-gayaan jika belum mampu untuk jadi pemimpin yang amanah," tegas si pengelola akun.
Terakhir, disematkan pula harapan untuk Dedi Mulyadi benar-benar belajar dari kesalahan kali ini, dan bukan sekedar menjadikannya sebagai wadah pencitraan politik.
"Semoga ke depannya menjadi seorang pemimpin yang lebih baik dan amanah, bukan pula sekedar pencitraan," ucap si pengelola akun.