Suara.com - Yunita Siregar membintangi film horor berjudul Kitab Sijjin dan Illiyyin. Ia berperan menjadi Yuli, sosok yang akan menyantet keluarga karena merasa sakit hati.
Di salah satu adegan, Yunita Siregar akan menjalani ritual pembacaan mantra. Bukan hanya sekadar membaca, tubuhnya pun akan dibungkus dengan kain kafan serupa pocong.
"Aku masuk ke liang lahad, jadi pocong. Itu semuanya ditutup," cerita Yunita Siregar saat mengunjungi kantor Suara.com di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu (24/6/2025).
Ini merupakan pengalaman pertama sekaligus mendebarkan buat Yunita Siregar. Sebab selain harus menghafal, aktris 31 tahun ini juga harus konsentrasi mengingat lubang hidungnya pun ikut ditutup.
"Menurut aku cukup berat sih ya, berasa nggak nyaman dan tidak pernah kepikiran juga ada di posisi memakai kain kafan," kata bintang film Mendung Tanpo Udan ini.
Demi totalitas, kain kafan tersebut benar-benar dibuat seperti aslinya. "Gimana sih, ada bau kapur barus, kopi. Karena dibikin senyata mungkin. Jadi benar-benar enggak berdaya," ucap Yunita Siregar.
Bahkan untuk minum pun, Yunita Siregar sampai meminta bantuan orang lain. Ini sebagai bukti bahwa dirinya mau tampil maksimal dalam film yang disutradarai Hadrah Daeng Ratu ini.
"Rasanya panas, ketika masuk ke set juga kanan dan kiri itu rasanya enggak nyaman. Memorable banget sih," tuturnya.
Baca Juga: Dendam Kesumat, Yunita Siregar Santet Keluarganya di Film Kitab Sijjin dan Illiyyin
Seperti yang dijelaskan di atas, Yunita Siregar juga harus membaca mantra. Inilah kesulitan lain dalam beradegan dibungkus menjadi pocong.
![Yunita Siregar. [Instagram]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/06/25/47327-yunita-siregar.jpg)
"Jadi kan baca mantra, aku tarik napas panjang, ngomong dan itu tahan napas lumayan lama. Walaupun enggak semenit sih," kata bintang film London Love Story.
Di samping mengalami kesulitan, Yunita Siregar yang mendapat adegan dibungkus seperti pocong tersebut juga muhasabah diri. Adegan tersebut juga menjadi momen spiritual bagaimana kelak ia meninggal nanti.
"Pasti terasa seperti, ya ampun ini kayak tutorial, simulasi," imbuhnya.
Maka dari itu, adanya peran ini juga sebagai pengingat bahwa setiap yang hidup akan mati. Setelah seseorang tiada, maka akan ada amal baik dan buruk yang disebut sebagai Sijjin dan Illiyyin.
"Itu benar-benar seperti jadi 'reminder' sih," tutur Yunita Siregar.