Suara.com - Pacu Jalur yang merupakan perlombaan di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau viral dan mendunia.
Gerakan bocah yang berada di perahu dalam lomba Pacu Jalur itu ditirukan untuk menjadi selebrasi kemenangan mulai dari klub sepakbola dunia hingga F1.
Gara-gara itu muncul tren aura framing dari pacu jalur tersebut.
Aura farming sendiri adalah diksi yang digunakan oleh banyak orang untuk menjelaskan cara seseorang menampilkan versi paling keren dari dirinya
Setelah viral pacu jalur ini, mendadak sebuah rumah produksi film mengangkatnya untuk dijadikan film layar lebar.
Hal ini terlihat dari website Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
Sebuah judul film "Pacu Jalur" akan diproduksi oleh PT MD Entertainment Tbk. Judul itu didaftarkan pada 3 Juli 2025.
![Aura Farming Pacu Jalur Kuansing. [wonderfulimages.kemenparekraf.go.id]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/07/05/15785-aura-farming-pacu-jalur-kuansing.jpg)
Masih belum diketahui informasi secara detailnya, namun kabar itu sudah tersebar bahkan diunggah oleh akun Instagram Catatan Film.
"Jujur excited banget sih! Walaupun masih “terpaku” dengan adaptasi dari suatu momen viral, tapi Pacu Jalur ini potensial untuk memberikan tontonan yang kental dengan budaya. Semoga eksekusinya memuaskan!" tulis akun @catatanfilm pada Rabu, 16 Juli 2025.
Baca Juga: Kembali Dibintangi Jennifer Love Hewitt, Berikut Sinopsis I Know What You Did Last Summer 2025
Namun postingan itu justru menimbulkan komentar netizen bernada pro kontra.
Tak sedikit netizen yang langsung menyerang pihak rumah produksi MD Entertainment. Mereka dinilai memanfaatkan momen viral.
"Bukan mau merendahkan, tapi lama-lama PH trsebut ngebosenin, setiap yang viral langsung dingkat jadi film, ini membuat penonton bisa membaca alur produksinya," komentar netizen.
"Semakin latah semakin tidak berekspetasi dengan kualitasnya," celetuk netizen.
"MD itu spesial bikin film jalur viral wkwkwkw," sindir netizen lainnya.
Beberapa netizen menilai jika Pacu Jalur ini lebih cocok dijadikan film dokumenter bukan film layar lebar.
"Kalau dijadikan dokumenter sejarah budayanya its okey, tapi kalo dibikin aneh-aneh mending gausah sih," komentar netizen.
"Bikinlah jadi dokumenter semacem yang dibikin nat geo, kok ya malah dibikin film," kata lainnya.
Sampai sudah ada netizen yang menebak alur ceritanya.
"Cerita nya pasti ada anak yang dilarang pacu jalur. Tapi dia nekat trus sukses endingnya tuh anak jadi bintangnya pacu jalur," komentar netizen.
Namun tetap ada yang mendukung karena langkah MD Entertainment disebut melestarikan budaya.
"Perbanyak film daerah, Makassar dengan tarung sarungnya, Padang dengan onde mandenya dan, Riau dengan pacu jalurnya," komentar netizen lain.

Film-film MD Entertainment
MD Entertainment memang kerap mengangkat kisah viral untuk dijadikan film. Misalnya film Danur yang diangkat dari kisah Risa Saraswati.
Kemudian KKN di Desa Penari (2022) yang juga diangkat dari kisah viral di media sosial.
Meski seolah aji mumpung, namun terbukti film KKN di Desa Penari menjadi film horor dengan jumlah penonton terbanyak sepanjang masa di Indonesia, memecahkan rekor box office.
Kemudian ada film Ipar Adalah Maut (2024) yang ceritanya diambil dari kisah nyata tentang perselingkuhan yang sempat viral.
Bukan hanya yang viral, film produksi MD Entertainment juga beberapa menuai kontroversi.
Kontroversi ini bisa muncul karena berbagai faktor, mulai dari judul yang dianggap sensitif, tema cerita yang provokatif, hingga promosi film yang dinilai tidak pantas.
Misalnya Film Pabrik Gula yang diadaptasi dari utas viral Simpleman (kreator KKN di Desa Penari), menuai kritik tajam karena poster teasernya yang dirilis pada Januari 2025.
Banyak netizen menganggap poster tersebut terlalu vulgar dan menampilkan adegan yang dinilai sensual serta tidak relevan dengan genre horor yang diusung.
Kontroversi ini mengingatkan pada tren film horor era 2000-an yang sering mengeksploitasi sensualitas.
Kemudian ada Film La Tahzan: Cinta, Dosa, Luka yang juga menuai kontroversi. Judul ini dianggap menyesatkan dan tidak mencerminkan isi cerita.
Netizen menilai judul yang bernuansa religius ini tidak cocok dengan alur film yang banyak memuat adegan dewasa dan tema perselingkuhan dalam rumah tangga.
Kontributor : Tinwarotul Fatonah