Suara.com - Sebuah simbol kebebasan bagi jutaan penggemar anime di seluruh dunia, bendera tengkorak bertopi jerami dari serial One Piece, justru menjadi sumber petaka bagi seorang pedagang sayur di Sulawesi Selatan.
Dalam sebuah insiden yang kini viral, Pardi sang pedagang, harus menelan pil pahit saat perjalanannya mencari nafkah dihadang oleh seorang laki-laki yang mengaku sebagai aparat negara.
Alih-alih mendapat perlindungan, Pardi justru diintimidasi dan diduga dianiaya di depan istri dan anaknya yang ketakutan, hanya karena bendera kecintaannya itu berkibar di mobil bak terbukanya.
Peristiwa yang memicu amarah publik ini pertama kali terkuak melalui unggahan Dhandy Thoriq, kakak korban, di media sosial.
Dhandy membeberkan kronologi memilukan yang menimpa adiknya saat hendak menuju pasar di Kabupaten Bantaeng.
"Tiba-tiba dihadang oleh bapak yang pakai baju kuning helm hitam, yang mengaku aparat entah polisi atau TNI," tulis Dhandy, membuka tabir arogansi di jalanan.
Menurut kesaksian, laki-laki tersebut langsung mencegat mobil Pardi dan dengan nada tinggi mempertanyakan identitas bendera tersebut.
"Bendera apa itu di mobilmu?" katanya membentak.
Pardi, sebagai seorang Nakama (sebutan bagi fans One Piece), dengan polos menjawab, "Bendera anime, Pak."
Baca Juga: Larang Pengibaran Bendera One Piece, Indonesia Dapat Warning Internasional
Namun, jawaban jujur itu seolah tak ada artinya. Tanpa memberi kesempatan Pardi untuk menjelaskan lebih lanjut, sebuah tamparan keras mendarat di wajahnya.
"Kau warga negara apa?" tanya si pria sebelum melayangkan tangannya, sebuah tindakan yang terekam jelas oleh kamera ponsel istri korban yang gemetar ketakutan dari kursi penumpang.

Video berdurasi singkat itu dengan cepat menjadi bukti digital atas penyalahgunaan wewenang.
Terlihat jelas pria berompi oranye itu dengan paksa merampas bendera Jolly Roger khas kelompok Bajak Laut Topi Jerami. Sementara itu, di dalam mobil, Pardi yang tak terima berusaha membela diri.
"Nah lihat ka istriku, pak, ditampar!" teriaknya dengan dialek Makassar yang kental, menunjukkan betapa sakitnya dipermalukan di depan keluarganya.
Bukannya merasa bersalah, pria itu justru menantang. "Kalau kau merasa keberatan, silakan lapor ke polisi," ucapnya pongah.