Suara.com - Sebuah potongan video lawas kembali meledak di jagat maya, menampilkan curahan hati aktris Acha Septriasa yang begitu personal dan menohok.
Jauh sebelum palu hakim mengetuk akhir pernikahannya, Acha pernah berbicara tentang sisi gelap pernikahan yang jarang tersentuh yakni perasaan kehilangan sebagian diri.
Kini, setelah kabar perceraiannya dengan Vicky Kharisma menjadi konsumsi publik, pernyataan itu terasa seperti sebuah firasat yang menjadi kenyataan.
Curhatannya yang viral ini bukan sekadar gosip selebriti, melainkan cerminan pergulatan batin yang dirasakan banyak perempuan.
Ia membuka kenyataan mengenai realita pernikahan yang tak selalu indah, memicu diskusi besar di kalangan milenial dan Gen Z.
Apakah ini hanya curhatan sesaat, atau sebuah sinyal tersembunyi dari keretakan yang sudah lama terjadi?
Kutipan viral Acha Septriasa yang kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Membedah Kutipan Viral Acha: "Kamu Akan Bagi Badan Kamu"
Pernyataan Acha yang paling mengena dan menjadi inti dari kehebohan ini diungkapkannya dalam sebuah wawancara. Ia dengan gamblang memaparkan pandangannya yang kompleks terhadap pernikahan.
Baca Juga: Acha Septriasa Buka Suara soal Nafkah Rp1 Juta: Ini Menggagalkan Cita-Cita Kami...
"Aku Ngerasa Kalau Menjaga Relationship di Pernikahan Itu Sangat Sulit, Ketika Kita Menikah Kita Tidak Punya Privasi Lagi. Apalagi Kalau Kamu Perempuan Kamu Akan Bagi Badan Kamu Untuk Suami dan Anak2 mu, Sebagian Diri Kamu Hilang. Kalau Kita Tidak Bisa Sharing Dengan Pasangan Kamu Akan Merasa Sendirian"
Apa yang membuat curhatan ini begitu relevan sekarang adalah konteksnya.
Pernyataan ini muncul jauh sebelum publik mengetahui adanya masalah dalam rumah tangganya.
Pernikahan yang dibina sejak 2016 dengan Vicky Kharisma dan dikaruniai seorang putri, Bridgia Kalina Kharisma, harus berakhir di pengadilan.
Acha mengajukan gugatan cerai pada akhir tahun 2024 dan resmi berpisah pada pertengahan 2025.
Perasaannya tentang "kehilangan diri" sejalan dengan pernyataannya di kesempatan lain bahwa ia merasa tertekan dalam menyeimbangkan berbagai peran. Curhatannya bukan lagi sekadar opini, melainkan refleksi dari pengalaman pahit yang ia lalui sendiri.
Kini, Acha Septriasa seolah sedang dalam misi untuk "menemukan kembali sebagian diri yang hilang".
Ia memilih untuk menjalani hidup yang lebih lambat (slow living), fokus pada kesehatan mental dan membesarkan putrinya.
Langkah dewasanya untuk berkomitmen pada pola asuh bersama atau co-parenting menunjukkan prioritas utamanya adalah kesejahteraan sang anak di atas konflik pribadi.
Ini menjadi pesan kuat bahwa akhir dari sebuah pernikahan tidak harus menjadi akhir dari sebuah keluarga.
Kisah Acha Septriasa menjadi pengingat pahit sekaligus pelajaran berharga.
Kejujurannya yang rentan membuka mata banyak orang bahwa di balik senyum di depan kamera, ada pergulatan manusiawi yang nyata. Pernikahan, pada akhirnya, adalah tentang bagaimana dua individu bisa
tumbuh bersama tanpa harus kehilangan diri mereka masing-masing.
Apakah kamu pernah merasakan hal yang sama seperti Acha Septriasa dalam sebuah hubungan?
Menurutmu, bagaimana cara terbaik untuk tetap menjadi "diri sendiri" setelah menikah? Bagikan ceritamu di kolom komentar!