Banyak yang merasa representasi Indonesia dalam film tersebut tidak lengkap dan seolah melupakan wilayah penting lainnya.
"Kalimantan, Maluku dan Bali enggak diajak," timpal akun @pamuji**.
Selain soal absennya beberapa wilayah, warganet juga mengkritik pemilihan kategori latar belakang yang dinilai campur aduk dan tidak konsisten.
Pencampuran antara suku, etnis, kota, dan provinsi membuat sinopsis tersebut terkesan kurang riset.
"Dari Betawi terus Papua terus Medan terus Tegal terus tiba tiba Jawa Tengah terus ke Makassar terus Manado terus Tionghoa. Ini mau bahas suku, negara, ibukota, atau provinsi sih???" tulis akun @chalien***.
Di tengah banjir kritik, muncul pula komentar kontroversial yang justru menambah panas suasana.
Salah satu akun mencoba membela, namun dengan narasi yang merendahkan, yang justru semakin memecah belah.
"Baguslah Kalimantan enggak di sebut, karena takut diketawain sama saudara Brunei dan Sarawak. Lagian Kalimantan cuma isi batubara sama minyak yang enggak ada nilai seninya," kata akun @rahman***.
Baca Juga: Tukang Jahit Rumahan di Pekalongan Syok "Ditagih" Pajak Rp2,8 Miliar