Dedi Mulyadi Sebut Rakyat Sama Saja dengan Politisi Korup: Sama Serakah dan Buasnya

Sabtu, 23 Agustus 2025 | 12:22 WIB
Dedi Mulyadi Sebut Rakyat Sama Saja dengan Politisi Korup: Sama Serakah dan Buasnya
Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (Instagram)

Suara.com - Di tengah hebohnya kasus OTT Immanuel Ebenezer, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi justru mengeluarkan pernyataan tajam yang menyamakan masyarakat dengan politisi korup.

Saat itu, politisi yang akrab disapa Kang Dedi ini sedang menghadiri seminar dan expo Hilirisasi Agroforestri Berbasis Sukun yang dilaksanakan di Bale Sawala, Universitas Padjajaran, Sumedang.

Saat mengisi seminar, Dedi Mulyadi secara blak-blakan menyebut bahwa sifat serakah dan koruptif tidak hanya melekat pada para politisi, tetapi juga dimiliki oleh rakyat biasa.

Menurut Dedi Mulyadi, sekarang ini rakyat juga memiliki sifat buas dan serakah yang sama dengan politisi, tetapi hanya berbeda tingkat kekuasaannya.

"Rakyat ini sama dengan kita, sama buasnya, sama serakahnya cuma beda tingkatan kekuasaannya," kata Dedi Mulyadi dilansir dari unggahan Instagram @pembasmi.kehaluan.reall pada Sabtu 23 Agustus 2025.

Dedi Mulyadi mengatakan pandangannya ini bukan sekadar asumsi, melainkan kesimpulan yang ditarik dari pengalamannya berinteraksi langsung dengan masyarakat di berbagai lapisan.

Lelaki 54 tahun ini mengklaim sangat memahami karakter rakyat karena telah hidup dan mengabdi di tengah-tengah mereka selama bertahun-tahun.

"Karena, saya hidup dengan mereka. Saya tahu karakter mereka," ujar Dedi Mulyadi.

Kang Dedi lantas menceritakan beberapa contoh konkret yang pernah ditemuinya di lapangan.

Baca Juga: Cuma Butuh 4 Jam, Presiden Prabowo Pecat Wamenaker Immanuel Ebenezer

Salah satu contoh yang paling menohok adalah tentang penyalahgunaan fasilitas yang diberikan pemerintah secara gratis.

Dedi Mulyadi (Suara.com)
Dedi Mulyadi menilai masyarakat Indonesia juga punya sifat serakah, tak jauh berbeda dengan pejabat. [Suara.com]

Dia mengamati adanya kecenderungan rakyat untuk mengambil lebih dari hak yang seharusnya diterima.

"Ketika dikasih lapak satu, mereka ngambil lima," ucapnya.

Tak hanya itu, Dedi Mulyadi juga membeberkan pengalaman lain ketika mencoba menata pasar.

Niat baik pemerintah untuk memberikan tempat berdagang yang layak dan gratis justru dimanfaatkan untuk keuntungan pribadi oleh oknum masyarakat.

Alih-alih digunakan sendiri, fasilitas tersebut malah disewakan kembali kepada pihak lain.

"Saya pernah kasih pasar gratis, pasar yang dia punya disewakan. Terus dia dagang di trotoar," imbuhnya.

Dari serangkaian pengalamannya itulah, Dedi Mulyadi menyimpulkan bahwa bibit-bibit korupsi dan nepotisme sesungguhnya tertanam di berbagai elemen masyarakat, bukan hanya di lingkungan elite politik.

Kang Dedi melihatnya sebagai cerminan kultur yang perlu diperbaiki secara bersama-sama, dari atas hingga ke bawah.

"Jadi, sifat korupsi, sifat nepotisme tidak hanya milik politisi kayak Dedi Mulyadi tapi rakyat juga mmemilikinya," ujar Dedi Mulyadi.

Pernyataan Dedi Mulyadi ini lantas menuai beragam komentar warganet, ada yang sepakat dengannya dan ada pula yang memiliki pandangan lain.

"Gimana ya pak, mungkin (tidak membenarkan) mereka gitu karena keadaan. Tidak difasilitasi, enggak punya kesempatan, enggak disejahterakan. Coba mulai dulu dari kalian yang gampang berubah. Kalian sesulit apa sih sampai harus korupsi?" kata @dewdew***.

"Gini amat punya pejabat," ujar @rmdhn***.

"Aku sependapat dengan bapak, enggak usah jauh-jauh pak. Saudara sendiri aja serakah, apalagi sama warisan," komentar @rajum***.

"Bener, beda porsinya aja, Semua tentang kesempatan," imbuh @miss***.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?