-
Video dialog tim SAR dengan dua santri terjebak di reruntuhan musala Al Khoziny viral dan menyentuh publik.
-
Dalam rekaman, Yusuf dan Haikal menjawab dengan suara lemah, menggambarkan kondisi kritis mereka.
-
Tragedi ini menewaskan dua santri dan melukai puluhan lainnya akibat dugaan kegagalan struktur bangunan.
Suara.com - Di tengah duka mendalam atas tragedi robohnya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, sebuah video yang merekam dialog antara tim SAR dan santri yang terjebak di bawah reruntuhan beredar luas, menyentuh hati publik.
Momen yang terjadi pada Senin, (29/9/2025) itu menangkap suara lemah para korban, sesaat sebelum kabar duka menyelimuti, di mana jumlah korban meninggal dunia dilaporkan bertambah.
Dalam rekaman dramatis tersebut, seorang anggota tim SAR gabungan mengarahkan kamera melalui celah sempit di antara puing-puing beton.
Di tengah ruang gelap dan penuh debu, ia berhasil berkomunikasi dengan dua santri. Yang pertama adalah Yusuf, santri berusia 16 tahun.
"Yusuf?" panggil petugas. "Nggih," jawab suara lemah dari dalam. Saat ditanya kondisinya, Yusuf dengan tenang menjawab tidak ada yang luka, "cuma perut kejepit."
Jawaban itu memberikan secercah harapan. Tim kemudian mencoba berkomunikasi dengan santri lain yang teridentifikasi berada di dekatnya, bernama Haikal.
"Haikal?" panggil petugas.
"Iya," jawabnya.
"Kamu yang sakit apa, Nak?" tanya petugas lagi.
Baca Juga: Akad Nikah & Tepuk Sakinah, Ada Pesan Lawan Perceraian
Dengan polos, Haikal menjawab lirih, "Semuanya sakit."
Jawaban singkat yang menggambarkan betapa berat penderitaannya itu menjadi penyemangat bagi tim untuk bekerja lebih cepat.
"Semangat ya! Sabar ya, Nak, ya," ujar petugas, terus memberikan dukungan moral di tengah situasi yang mengancam jiwa.
![Foto udara bangunan musala yang ambruk di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny di Kecamatan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025). [ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nz]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/09/29/24350-bangunan-musala-pondok-al-khoziny-sidoarjo-ambruk-ponpes-al-khoziny.jpg)
Tidak diketahui persis bagaimana kelanjutan proses evakuasi dua santri tersebut.
Hingga Selasa pagi (30/9/2025), tragedi ini telah memakan korban jiwa. Dua santri dilaporkan meninggal dunia, yakni Mochammad Mashudulhaq asal Dukuh Pakis, Surabaya, dan Muhammad Soleh, asal Tanjung Pandan, Bangka Belitung.
Keduanya mengembuskan napas terakhir setelah sempat mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.
Insiden runtuhnya bangunan musala ini terjadi secara tiba-tiba, diduga kuat akibat kegagalan struktur saat proses renovasi.
Berdasarkan data terbaru, total 98 santri menjadi korban dan kini dirawat di tiga rumah sakit berbeda: RSUD Sidoarjo, RSI Siti Hajar, dan RS Delta Surya.
Proses evakuasi yang melibatkan tim gabungan dari Basarnas, BPBD, TNI, Polri, dan relawan berlangsung dengan sangat hati-hati.
Mereka menggunakan peralatan khusus untuk menstabilkan struktur reruntuhan dan mencegah longsoran susulan.
Dialog dengan korban di bawah puing menjadi prosedur krusial untuk asesmen awal sekaligus menjaga mental para korban.
Kini, video percakapan tersebut menjadi kenangan pilu dari sebuah perjuangan hidup dan mati.