- Jaksa menuntut Nikita Mirzani 11 tahun penjara
- Dalam poin yang memberatkan Nikita Mirzani adalah tak menghargai jalannya persidangan
- Nikita Mirzani dianggap terbukti memeras Reza Gladys
Suara.com - Tuntutan 11 tahun penjara yang dilayangkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) kepada Nikita Mirzani bukanlah tanpa alasan kuat.
JPU membeberkan serangkaian faktor yang dianggap memberatkan hukuman bagi Nikita dalam kasus pemerasan dan TPPU terhadap Reza Gladys.
Faktor-faktor ini diuraikan secara rinci sebelum JPU membacakan tuntutan pidana pokoknya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis, 9 Oktober 2025.
Menurut jaksa, setidaknya ada tujuh poin utama yang menjadi pertimbangan memberatkan bagi terdakwa.
Pertama, perbuatan Nikita Mirzani dinilai telah secara nyata merusak nama baik serta martabat orang lain.
"Perbuatan terdakwa merusak nama baik martabat orang lain," kata jaksa.
![Nikita Mirzani usai dituntut 11 tahun penjara dalam sidang kasus pemerasan dan TPPU di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Kamis, 9 Oktober 2025 [Suara.com/Adiyoga Priyambodo].](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/10/09/46648-nikita-mirzani.jpg)
Kedua, aksinya dianggap telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat dalam skala yang luas atau nasional.
"Perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat dalam skala nasional," tambahnya.
Selanjutnya, JPU menyatakan bahwa Nikita telah menikmati hasil dari kejahatan yang dilakukannya, tidak bersikap sopan, dan berbelit-belit selama persidangan.
Baca Juga: Tak Ada Ampun, Nikita Mirzani Dituntut 11 Tahun Bui dan Denda Rp2 Miliar karena Peras Reza Gladys
"Terdakwa telah menikmati hasil kejahatan. Terdakwa tidak bersikap sopan di persidangan. Terdakwa berbelit-belit di persidangan," urai JPU.
Poin lainnya yang tak kalah penting adalah Nikita Mirzani sama sekali tidak mengakui perbuatannya, padahal ia diketahui sudah pernah dihukum sebelumnya.
"Terdakwa tidak mengakui perbuatannya. Terdakwa sudah pernah dihukum," tegasnya.
Sebagai penutup, sikap Nikita yang dinilai tidak menghargai jalannya proses persidangan menjadi dosa terakhir yang dicatat oleh jaksa.
"Terdakwa tidak menghargai jalannya persidangan," pungkas JPU.