Suara.com - Kesadaran untuk berasuransi di Indonesia masih tergolong rendah. Apalagi untuk masyarakat menengah bawah. Salah satu alasan yang menyebabkannya adalah adalah premi yang tinggi. Untung ada dokter Gamal Albinsaid, yang menggagas "asuransi sampah" bagi warga miskin di Malang, Jawa Timur.
Dengan sistem ini, kaum tak berpunya tidak hanya sekedar mendapatkan layanan pengobatan, tapi juga layanan kesehatan lainnya, seperti rehabilitasi, pencegahan, peningkatan kualitas kesehatan dengan penyuluhan dan konsultasi gizi.
Konsep asuransi sampah yang digagas dr Gamal itu hampir sama dengan asuransi pada umumnya, di mana nasabah membayarkan premi setiap bulan. Namun, premi asuransi sampah ini sangat murah dan tidak perlu mengeluarkan uang, cukup dengan sampah.
Jenis sampah untuk membayar premi asuransi tersebut, kata Gamal, bisa sampah organik maupun anorganik dan nilai tukarnya harus Rp10 ribu per bulannya. Untuk pengelolaan sampahnya, Gamal bekerja sama Bank Sampah Malang (BSM) untuk menilai berapa harga sampah yang disetor nasabah.
Karena dinilai berhasil dan mampu menjawab keluhan masyarakat akan layanan kesehatan murah, klinik asuransi sampah tersebut akan dikembangkan di empat kota lainnya.
"Nanti akan dikembangkan di Medan, Blitar, Denpasar, dan Manado dan didukung Kementerian Pemuda dan Olahraga," kata Gamal.
Selain klinik asuransi sampah di Mawar Husada, Gamal dan kawan-kawan juga mulai mengembangkan sabuk untuk terapi, musik bagi ibu hamil, dan aplikasi Android untuk ibu hamil.
Karena, karyanya ini Gamal terpilih mewakili Indonesia ke Unilever Sustainable Living Young Entrepreneurs Awards 2013 dan mengantarkannya mendapat undangan khusus jamuan makan malam bersama pewaris tahta Kerajaan Inggris, Pangeran Charles.
Klinik asuransi sampah yang dirintis 2010 ini sempat vakum karena para pendirinya sibuk menjadi asisten dokter di berbagai rumah sakit. Menyadari pentingnya asuransi sampah, Gamal menghidupkannya kembali sejak Maret 2013.
Setelah dihidupkan kembali, katanya, sistem yang dibuat diperkuat bersama Indonesia Medika.
"Awalnya, Indonesia Medika adalah gerakan anak muda yang dirintis 2010, lalu resmi berbentuk CV pada Ramadhan 2013, bahkan sekarang 47 anak muda dari seluruh Indonesia yang bergabung dengan Indonesia Medika dan 17 di antaranya berstatus tenaga tetap yang mendapatkan gaji dari Indonesia Medika dengan sistem bagi hasil," ujarnya.
Sedangkan sisanya berstatus volunteer alias sukarelawan. Anak-anak muda yang tergabung dalam Indonesia Medika, berasal dari berbagai disiplin ilmu, tidak hanya di bidang kedokteran atau kesehatan, tapi juga teknik informatika (TI), hukum, dan ekonomi. (Antara)