Lebih dari 15 juta orang yang diperkirakan akan membutuhkan kemoterapi pada 2040, sebanyak 5,2 juta atau 35 persen tinggal di bagian timur Asia, kata para peneliti memperkirakan. Sekitar 1,7 juta atau 12 persen berasal dari Asia selatan tengah; 1,4 juta atau 10 persen di Amerika Utara, 980.646 atau tujuh persen di Asia Tenggara, 922.452 atau enam persen di Amerika Selatan dan 810.084 atau lima persen di Eropa Barat.

Jenis kanker yang menjadi indikasi perawatan kemoterapi di seluruh dunia pada 2040 diperkirakan adalah kanker paru-paru, kanker payudara dan kanker usus.
Meski studi baru itu memiliki beberapa keterbatasan, hasil studi menyerukan perlunya tindakan.
“Yang paling mengkhawatirkan adalah jumlah orang yang akan membutuhkan kemoterapi. Jumlahnya diperkirakan akan meningkat dari 9,8 juta menjadi 15 juta,” kata Nelson.
Ada beberapa alasan yang mengakibatkan peningkatan besar pada diagnosis kanker, yang paling utama adalah kenyataan bahwa manusia akan hidup lebih lama, yang artinya lebih banyak orang yang pada akhirnya akan menderita kanker.
“Usia adalah salah satu penyebab utama. Kira-kira 80 persen kanker di negara ini meningkat pada orang-orang berusia di atas 60 tahun ke atas,” kata Nelson.
Salah satu solusi yang memungkinkan adalah seorang onkologi mengatur perencanaan perawatan dan personel lainnya mengerjakan detil perawatan.
Ada kemungkinan juga terapi-terapi untuk kanker sudah berubah pada 2040.
“Banyak kemoterapi dilakukan dengan cara infusi. Beberapa perawatan baru dengan pil yang bisa dikonsumsi dengan efek samping berbahaya yang lebih minim,” [VOA Indonesia].
Baca Juga: Tak Pernah Menyerah, Ibu Ini Berjuang Lawan Tiga Jenis Kanker Sekaligus