Dia menyebut jika industri farmasi dalam negeri telah meningkat dalam kurun waktu tiga tahun, dari 2017 yang hanya bernilai Rp 53 triliun naik menjadi Rp 59 triliun di 2019. Peningkatan itu terlihat juga pada industri alat kesehatan.

"Kenaikan itu bagus, meski kalah jauh dengan (Kementerian) ESDM yang bisa mencapai ratusan triliun. Maka bagi Kementerian Perindustrian tolong jangan ada lagi larang (persulit) industri farmasi," selorohnya.
Pendiri dan CEO PT. Evergen Resources, Siswanto Harjanto menambahkan, haematococcus pluvialis (penghasil Astaxanthin) bukanlah satu-satunya jenis mikroalga yang akan dikembangkan, namun akan ada berbagai jenis mikroalga lain yang akan dikembangkan di masa mendatang.
"Anak-anak muda lulusan universitas di Indonesia yang ada di perusahaan ini berhasil mencapai target yang sudah ditetapkan yaitu Indonesia memiliki industri bioteknologi berbasis mikroalga yang menghasilkan produk produk inovatif dan kompetitif yang dapat dibanggakan sebagai produk karya anak bangsa dan diakui di dunia internasional," terangnya.
Ditempatnya telah ada laboratorium, pemijahan, pembudidayaan, sampai produksi ganggang hijau menjadi ganggang merah sebagai bahan baku penghasil Astaxanthin.
"Selama ini industri bioteknologi berbasis mikroalga dikuasai oleh perusahaan di luar negeri, seperti Amerika Serikat, Israel, Jepang, dan beberapa negara Eropa. Kami yang pertama di Indonesia dan Asia Tenggara," tukasnya.
Kontributor : Adam Iyasa