Suara.com - Salah satu negara di Afrika, Zimbabwe menghadapi pandemi virus corona dengan berbagai masalah lain yang belum terselesaikan.
Negara dengan jumlah 287 kasus positif itu baru berhasil menyembuhkan sekitar 46 orang, sementara 4 lainnya meninggal dunia.
Zimbabwe harus mengalami pandemi sembari mengatasi masalah kelaparan, kemiskinan, dan kekeringan parah. Berikut beberapa potret bagaimana ngenesnya masyarakat Zimbabwe melawan virus corona.
Kekeringan
Meskipun lockdown tampaknya telah membantu banyak negara, namun langkah-langkah itu masih dipertanyakan di Zimbabwe.
"Ya, seluruh dunia dalam keadaan terkunci, itu hal yang tepat untuk dilakukan. Tetapi tanpa air, itu adalah latihan yang sia-sia dan serius. Listrik pun langka." kata Shami Fred, seorang ahli epidemiologi, kepada Al Jazeera.

Mencuci tangan dengan sabun dan air yang sering dan menyeluruh adalah salah satu senjata paling dasar melawan virus corona, tetapi di Harare (salah satu kota di Zimbabwe), satu juta orang tidak memiliki akses air mengalir.
"Kami tidak memiliki air selama tiga hari," kata Nozipho Mpambawashe, seorang ibu berusia 25 tahun pada Al Jazeera.
"Kami khawatir karena kami tidak memiliki pasokan air yang dapat diandalkan. Bahkan dengan lockdown, saya masih akan membutuhkan air untuk bebersih, mencuci, memasak, dan minum," katanya.
Baca Juga: Viral Gadis Bandung Syifa Aafiyah Hilang Sepekan Dilaporkan ke Polisi
Zimbabwe masih bergulat dengan dampak kekeringan dahsyat tahun 2019.
Kelaparan
Situasi telah memaksa orang-orang di Zimbabwe untuk mencari makanan di mana saja mereka bisa, bahkan sisa-sisa dari sampah.
Dilansir dari South China Morning Post (SCMP), Samantha Murozoki seorang pengacara dari Chitungwiza, sebuah kota satelit ibukota Zimbabwe Harare, membantu tetangganya yang kelaparan dan mulai menyajikan bubur kepada ratusan anak-anak dan orang dewasa.

“Saya mulai memberi makan 24 orang menggunakan bahan makanan saya sendiri, tetapi jumlahnya terus meningkat setiap hari di luar sumber daya saya. Saya menjual beberapa barang dan sekarang, para simpatisan membantu kami," kata Murozoki.
"Sebagian besar penerima adalah pedagang informal atau anak-anak mereka, pedagang lintas batas, dan anak-anak dari orang tua di diaspora,” kata Murozoki pada SCMP.
Zimbabwe masuk urutan ke-109 dari 117 negara pada Indeks Kelaparan Global 2019, peringkat yang dianggap serius.

Kemiskinan
Pengangguran di Zimbabwe sebelum wabah sudah merajalela, salah satu negara termiskin di Afrika. Hampir 80 persen dari 14,5 juta orangnya bekerja di sektor informal, seperti pedagang kaki lima.

Pendapatan mereka biasanya hanya mencapai kurang lebih Rp 17.000 per hari. Sayangnya, akibat lockdown pandemi, banyak orang tak bisa bekerja.
Selain pandemi, kekeringan juga telah memengaruhi banyak petani di negara tersebut. Semoga keadaan segera membaik tak hanya di Zimbabwe tapi di seluruh dunia.